Kian Tergerus Jamannya Para Pengerajin Gong Di Indonesia
Pengrajin gong di Bogor, Jawa Barat, mencoba terus bertahan meski peminat alat musik tradisional itu sudah sangat berkurang.Menjaga usaha yang turun-temurun dan melestarikan budaya merupakan alasan utama pengrajin di Jl. Pancasan, Kota Bogor, itu terus berproduksi.
"Kami tetap memproduksi walaupun tidak ada pesanan, nantinya gong ini akan disimpan, siapa tahu saja ada yang datang dan membelinya," kata pemilik kerajinan gong, Nasukarna (81). Sebagaimana pengrajin lain, usaha kerajinan gong Nasukarna ini juga warisan leluhurnya dan ia merupakan generasi keenam yang meneruskan usaha kerajinan tangan itu
"Kebanyakan pesanan datangnya dari musisi gambang kromong diantaranya dari Jakarta. Kini peminat kesenian tradisional gong sudah mulai menurun karena penikmat musik gambang kromong sudah mulai berkurang dan itu berimbas terhadap penjualan kami," kata dia.
Harga satu set gong untuk kesenian gambang kromong dipatok sebesar Rp19 juta, sedangkan untuk Degung harga satu set mencapai Rp25 juta. Sedangkan harga per buahnya bervariasi yaitu berkisar antara Rp1,8 juta hingga Rp3 juta tergantung dari diameter gong tersebut. Harga gong berdiameter 45 cm sebesar Rp 1,8 juta dan gong berukuran 75 cm dihargai Rp3 juta.
Selain itu adapula harga satu set alat yang bisa bernilai ratusan juta yaitu Gamelan Jawa dan Gamelan Bali."Yang paling mahal itu harga gamelan Jawa yang mencapai Rp200 juta, sedangkan gamelan Bali Rp120 juta," lanjutnya
• GONG
Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini.
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.