Rabu, 23 Desember 2020

tugas 2 Pemasaran Jasa Informasi Perpustakaan 

1. Jelaskan mengapa perpustakaan harus menerapkan konsep hubungan masyarakat baik untuk publik internal maupun publik eksternal diluar lembaganya (pemustaka dan masyarakat)!

Perpustakaan merupakan lembaga nirlaba yang keberadaannya tidak hanya ditujukan untuk staf yang bekerja di perpustakaan saja, melainkan juga untuk pihak lain. Ibarat keluarga, perpustakaan membutuhkan anggota keluarga, tetangga, kolega dan juga pihak lain untuk menyambung sebuah hubungan. Di luar hubungan tersebut di atas perpustakaan harus menjalin dengan lembaga induk sebaik-baiknya, misalnya perpustakaan perguruan tinggi harus menjalin hubungan baik dengan universitas sebagai lembaga induknya, perpustakaan umum harus menjalin hubungan baik dengan pemerintah daerah atau kota dan seterusnya.

Ada beberapa hal yang mendasari mengapa perpustakaan harus menjaga hubungan baik dengan pihak lain serta menyediakan layanan informasi pada pihak lain. Dasar-dasar tersebut adalah Books are for use dan every book of its reader.

Books are for use merupakan hukum perpustakaan yang menyatakan bahwa buku adalah untuk digunakan. Hukum ini memberi pesan bahwa seharusnya buku di perpustakaan tidak untuk keindahan atau ornamen ruangan saja, tetapi benar-benar dimanfaatkan dengan dibaca isinya. Buku merupakan media yang digunakan untuk menyimpan informasi sekarang sudah mengalami banyak perubahan. Buku bukan satu-satunya media penyimpan informasi sebab sekarang telah muncul media baru, seperti e-book yang dapat menyimpan informasi noncetak. Hukum perpustakaan berikutnya adalah every book for of its reader. Hukum ini mengandung pesan bahwa setiap buku memiliki pembacanya sendiri. Hukum ini mengandung pesan bahwa setiap buku memiliki pembacanya sendiri. Tantangan buat perpustakaan adalah bagaimana caranya perpustakaan dapat mendekatkan buku atau koleksi perpustakaan kepada pembacanya. Buku tidak akan mendatangi pembacanya, kenyataan ini mengharuskan perpustakaan merancang layanan yang dapat menjadikan pembacanya datang ke perpustakaan atau buku perpustakaan yang mendatangi mereka.

Hubungan masyarakat (public relation) merupakan salah satu cara perpustakaan untuk berinteraksi dengan masyarakat guna mengenalkan sumber daya informasi di perpustakaan kepada mereka. Dari sini, diharapkan perpustakaan mendapatkan pandangan pengguna perpustakaan mengenai kuantitas dann kualitas layanan perpustakaan dari waktu ke waktu, dan mencoba untuk menarik pengguna baru. Hubungan masyarakat selanjutnya menginformasikan pada pengguna mengenai sumber daya informasi, layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan.

Gupta mencatat banyak tujuan hubungan masyarakat di perpustakaan:

a) Menciptakan kesadaran dalam memanfaatkan perpustakaan di tengah-tengah masyarakat.

b) Untuk memasyarakatkan perpustakaan tersebut, apa saja yang dimiliki perpustakaan, untuk mengidentifikasi layanan perpustakaan sehingga dapat memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memaksimalkan pendidikan nonformal bagi diri mereka sendiri.

c) Memperkaya dan mengembangkan bidang ilmu yang selama ini sudah menjadi perhatian banyak orang sehingga mereka tetap mendapatkan informasi yang berkualitas.

d) Memaksimalkan waktu senggang masyarakat.

e) Menjadikan masyarakat sebagai warga negara yang baik.

f) Membantu masyarakat agar menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu mendapat informasi yang baik.

g) Mengapresiasi nilai-nilai demokrasi.

h) Meningkatkan kerangka pikir masyarakat.

  

2. Jelaskan alat-alat promosi yang efektif dan efisien digunakan untuk memperkenalkan, mendekatkan dan menarik minat konsumen untuk menggunakan produk jasa! Uraikan penjelasan tersebut dengan contoh penerapannya di lembaga perpustakaan.

Salah satu faktor penting terhadap keberhasilan pemasaran jasa perpustakaanadalah promosi. Sebagai dasar pemikiran untuk melakukan kegiatan promosi adalah komunikasi, karena dengan adanya komunikasi diharapkan terjadi interaksi antara produsen dengan konsumen. Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila pesan yang diterima sama dengan pesan yang dikirim. Promosi sebagai bentuk usaha komunikasi yang menjembatani kesenjangan antara produsen dengan konsumen merupakan jalur utama menuju ke benak konsumen. Karena itu, produsen suatu produk atau jasa harus melintasi jalur tersebut untuk mengkomunikasikan produk ke pengguna atau calon konsumen.

Alat promosi yang efektif dan efisien digunakan untuk memperkenalkan, mendekatkan dan menarik minat konsumen untuk menggunakan produk jasa perpustakaan ialah:

a) Personal Selling

Personal selling merupakan person yang secara langsung melakukan penjualan dengan bertemu muka langsung dengan pelanggan, artinya penjual berhubungan langsung dengan konsumen dalam menawarkan produknya. Di luar penjual bertemu langsung dengan pelanggan, personal selling menurut Basu (2009) memiliki banyak fungsi yaitu mengadakan analisa pasar, menentukan calon konsumen, mengadakan komunikasi, memberikan pelayanan, memajukan langganan, mempertahankan langganan,mendefinisikan masalah, mengatasi masalah, mengatur waktu, mengalokasikan sumber-sumber dan meningkatkan kemampuan diri.

Personal selling di perpustakaan merupakan interaksi antarindividu, saling bertemu muka, yang ditujukan untuk konsumen/pelanggan guna menciptakan, memperbaiki, menguasai atau memelihara hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain, seperti pelanggan perpustakaan.

Definisi personal selling menurut Nickels dalam Basu (2009, 26) sebagai interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.

Personal selling untuk jasa perpustakaan memiliki keuntungan. Cara ini memungkinkan staf perpustakaan dapat berkomunikasi langsung dengan pelanggannya. Perpustakaan dapat menceritakan apa yang dimiliki, yang meliputi layanan, kegiatan, maupun koleksinya. Demikian juga pelanggan berkesempatan untuk dapat memberi masukan pada perpustakaan mengenai kegiatan yang selama ini diadakan apakah benar-benar memberi kemanfaatan pada mereka atau tidak, sekaligus mereka dapat memberi masukan pada perpustakaan mengenai apa yang ingin mereka dapatkan dari perpustakaan, termasuk di dalamnya mereka dapat menyampaikan koleksi macam apa yang mereka butuhkan untuk memenui kebutuhan informasi mereka.

Personal selling merupakan alat yang paling efektif biaya pada tahap proses pembelian lebih lanjut, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Personal selling memiliki tiga ciri khusus yaitu konfrontasi personal (personal confrontation), personal selling mencakup hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak dengan lebih dekat. Mempererat (cultivation), personal selling memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan yang lebih erat lagi. Wiraniaga biasanya sudah benar-benar mengetahui minat pelanggan yang terbaik. Respon (respons), personal selling membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.

Menurut saya perpustakaan sebagai lembaga jasa informasi bisa menerapkan personal selling. Metode ini biasanya sangat efektif untuk menarik pengguna agar berkunjung ke perpustakaan. Personal selling ini dapat dilakukan dengan cara Pustakawan secara proaktif membuat data tentang pengguna perpustakaan yang aktif atau yang mau aktif untuk diketahui tentang, misalnya, nama, nomor telepon, alamat rumah dan buku-buku bacaan yang digemari. Selanjutnya  kita mengikuti perkembangan buku-buku bacaan atau informasi yang terbit saat ini. Dengan begitu perpustakaan akan tetap diminati bagi pengguna, dengan inovasi pemasaran yang baik.

b) Konsep Periklanan

Periklanan merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam pemasaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas, mendorong dan membujuk masyarakat untuk membeli produk yang diiklankan. Disamping itu, periklanan juga digunakan untuk menciptakan kesan yang baik di kalangan masyarakat dan periklanan ingin memuaskan pihak pengiklan dan pembeli. Menurut Nickles (Basu, 2009, 245) "periklanan adalah komunikasi nonindividu dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga nonlaba, serta individu-individu".

Dalam dunia bisnis, periklanan berarti membujuk agar melakukan transaksi berupa pembelian terhadap produk tertentu. Perpustakaan punya misi yang sama dengan dunia bisnis, yaitu merayu masyarakat agar mau memanfaatkan jasa perpustakaan dengan mendatangi dan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki perpustakaan.

Coote dalam Fuadi (1996, 26) mencatat bahwa periklanan di perpustakaan bertujuan untuk:

- Membuat orang tahu akan perpustakaan;

- Melekatkan nama perpustakaan di dalam pasar;

- Cara paling mudah untuk menangkap calon pelanggan dalam jumlah besar;

- Mengingatkan bahwa perpustakaan itu memiliki eksistensi di masyarakat.

Terkait dunia perpustakaan dan informasi, maka jenis media iklan disesuaikan dengan khalayak sasaran, geografis dan daya jangkau perpustakaan itu sendiri. Berbagai bentuk media dan sarana promosi yang dapat digunakan dalam marketing informasi dan perpustakaan diantaranya adalah :

- Brosur berisi informasi mengenai keberadaan perpustakaan, waktu dan hari kegiatan perpustakaan, termasuk koleksi serta semua informasi umum yang perlu diketahui oleh pengguna. 

- Pendidikan pemakai yang efektif mampu mendongkrak  nilai jual sebuah perpustakaan. Perpustakaan memberikan suatu penjelasan kepada pengguna mengenai penggunaan perpustakaan. Saat ini pendidikan pengguna telah berkembang dan semua terlingkup dalam satu konsep literasi informasi.

Secara bebas, literasi informasi diartikan sebagai adanya pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi disertai kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengkomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Literasi juga merupakan bagian dari hak asasi manusia untuk pembelajaran seumur hidup.  Terbentuknya masyarakat informasi dan masyarakat berbasis pengetahuan, tidak saja membutuhkan infrastruktur (hardware, software, aplikasi, dan konektivitas/akses) yang handal, dan regulasi (peraturan) yang mendukung, tetapi juga sumber daya manusia (SDM) atau brainware dengan tingkat literasi (melek) media yang memadai dan kemampuan mengeksplorasi konten (literasi informasi) untuk menciptakan kemakmuran. Bahkan beberapa sumber menghubungkan antara tingkat literasi dengan harapan hidup masyarakat. Ketika seseorang bermaksud meningkatkan taraf hidupnya, maka dia memerlukan sesuatu yang lebih dari dirinya yaitu perkembangan diri, baik ketrampilan, pendidikan atau kinerja yang lebih. Proses menjadi lebih adalah proses belajar. Kemampuan untuk dapat belajar secara mandiri akan membuat proses yang dilalui lebih mudah dengan kemampuan literasi. Ternyata ada korelasi yang positif antara keduanya, artinya semakin tinggi tingkat literasi sebuah masyarakat semakin tinggi pula harapan hidupnya.

- Pameran merupakan salah satu media beriklan yang efektif. Melalui pameran, perpustakaan dapat dilihat, dikenal sekaligus bisa digali semua aspeknya. Pameran juga memungkinkan terjadinya komunikasi antara perpustakaan dengan pengguna yang jaraknya jauh dari lokasi perpustakaan.

- Pamflet berguna untuk memperkenalkan perpustakaan. Pamflet ditempel di tempat-tempat umum yang mudah dilihat masyarakat. Sehingga masyarakat bisa mengenal perpustakaan meskipun belum mengunjunginya secara fisik.

- Bibliografi adalah daftar buku atau cantuman koleksi yang dimiliki suatu perpustakaan. Bibliografi yang lengkap bisa menjadi modal yang sangat berharga  untuk pengembangan perpustakaan ke depannya.

 c) Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Promosi penjualan (sales promotion) merupakan kegiatan pemasaran di luar penjualan perorangan, periklanan dan publisitas yang menstimulasi pembelian oleh konsumen. Menurut Nickles, promosi penjualan adalah kegiatan yang ada dalam kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang mendorong adanya pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pameran, demonstrasi atau alat lainnya (Basu, 2009, 279).

Promosi penjualan di perpustakaan dapat diimplementasikan dengan menginformasikan kegiatan di perpustakaan. Selama ini, perpustakaan hanya diketahui sebagai lembaga yang tugasnya hanya pinjam meminjam koleksi saja, padahal perpustakaan dapat melakukan tugas lain yang masih menjadi tupoksi (tugas pokok dan fungsi) perpustakaan itu sendiri. Berpartner dengan pengajar maupun peneliti merupakan salah satu tupoksi dari perpustakaan. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah (akademik) juga bagian dari tugas perpustakaan dan tugas yang tidak kalah penting yang merupakan tupoksi perpustakaan adalah mengajar dan melatih penggunanya agar mampu menjadi manusia yang literate (sadar informasi), yakni pelanggan perpustakaan yang secara mandiri dapat menyadari kebutuhan informasinya, mencari informasi yang dibutuhkannya, menyimpan informasi tersebut dan selanjutnya dapat menggunakan informasi tersebut untuk suatu kegiatan yang positif.

d) Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran langsung (direct marketing) merupakan penggunaan salurran langsung kepada konsumen tanpa melewati perantara untuk menjangkau dan mengirimkan barang dan jasa. Cara ini ditempuh perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan untuk jangka panjang. Menurut Kotler dan Keller (2009, jil. 2) pemasaran langsung merupakan penggunaan saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan mengirimkan barang dan jasa tanpa melewati perantara pemasaran. Pemasaran ini dapat melalui surat, telepon, faksimile, email dan alat penghubung lainnya untuk berkomunikasi langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan.

Dengan bantuan teknologi, perpustakaan dapat melakukan kegiatan yang dalam dunia bisnis disebut dengan pemasaran langsung (direct marketing). Pemasaran langsng memungkinkan perpustakaan menggunakan saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan mengirimkan barang dan jasa tanpa melewati perantara pemasaran. Dalam konteks perpustakaan, dapat jadi pengiriman barang berupa buku atau jenis koleksi perpustakaan lainnya. Namun, sejauh ini belum dapat dilakukan karena terkendala dana, apakah pengiriman buku ditanggung oleh peminjam koleksi atau oleh perpustakaan. Sepertinya perpustakaan keberatan bila harus mengalokasikan biaya pengiriman sebab anggaran perpustakaan terbatas. Barangkali pilihan yang palin adil adalah peminjam menanggung biaya bila mereka menginginkan agar pinjamannya dikirimkan lewat pos atau jasa pengiriman lainnya.

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perpustakaan untuk melakukan pemasaran langsung kepada penggunanya, yaitu pemasaran surat langsung, pemasaran melalui katalog dan direct mail.

Pemasaran surat langsung dapat dilakukan dengan mengirim tawaran atas produk tertentu yang ditujukan pada konsumen melalui alamat tertentu. Perpustakaan punya layanan informasi yang sering disebut dengan "Jasa pemencaran informasi terpilih". Jasa ini merupakan kegiatan memberikan informasi yang diperlukan pemakai atau memberi akses pada pemakai untuk mendapat informasi dari perpustakaan sesuai dengan bidang yang mereka inginkan.

Perpustakaan juga menyediakan layanan jasa informasi kilat (current awareness services/CAS). CAS dirancang untuk menginformasikan pada pengguna mengenai bahan terbaru yang dimiliki oleh perpustakaan. Misalnya, ada seseorang yang tertarik pada majalah tertentu, perpustakaan dapat mengirimkan daftar isi yang ada dalam majalah tersebut kepada pelanggan/pengguna perpustakaan.

e) Merchandising

Merchandising merupakan perencanaan dan pengendalian dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pengecer. Merchandising adalah grup produk yang sangat berhubungan satu sama lain yang ditunjukkan untuk kegunaan akhir yang dijual kepada grup konsumen yang sama atau dengan kisaran harga yang hampir sama (Dunne, Lusch dan Griffith, dalam Foster 2008:54).

Perpustakaan sangat mungkin menerapkan konsep merchandising sebagaimana konsep tersebut dipraktikkan dalam dunia industri. Implementasinya, perpustakaan dapat menggunakan definisi merchandising atau kadang ditulis merchadizing sebagai upaya mempromosikan produk dengan cara mengembangkan strategis dalam pengemasan, display/peragaan dan dengan memublikasikan kepada masyarakat umum. Praktiknya, perpustakaan dapat menampilkan koleksi yang sedikit beda dengan umumnya koleksi ditata. Merchandising menyangkut bagaimana mempromosikan produk pada pengguna. Promosi tersebut tidak hanya mengacu promosi konvensional perpustakaan berupa pinjam meminjam koleksi, namun juga mempromosikan subjek koleksi maupun kegiatan-kegiatan perpustakaan lainnya.

Peningkatan atau penurunan penjualan produk sebuah perusahaan oleh konsumen dilihat dari banyak perspektif, baik dari sisikualitas produk, pelayanan, promosi, cara menjual, berpromosi, publikasi dan periklanan. Membangun citra yang positif sebuah perusahaan tidaklah mudah. Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan produk perusahaan adalah memperkuat pemasaran dengan cara dari mulut ke mulut.

f) Word of Mouth

Menurut Ali (2010, 32) Word of Mouth adalah upaya untuk memberikan alasan agar orang berbicara tentang merek, produk maupun jasa dan membuat berlangsungnya pembicaraan itu mudah. Perusahaan memicu minat konsumen dengan cara menyebabkan konsumen berbagi pengalaman dengan orang lain. Agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna pemasar perlu mencari orang-orang yang sangat terkesan dan sangat puas atau bahagia karena produk, atau jasa yang ia terima, orang semacam ini akan menjadi rekomender yang besar pengaruhnya terhadap orang lain.

Word of Mouth dikenal juga sebagai alat yang kuat untuk memasarkan atau mempromosikan produk atau perusahaan tanpa biaya ataupun biayanya sangat kecil. Word of Mouth merupakan kekuatan yang paling kuat dalam pasar, dan marketing yang paling murah serta efektif yang dapat digunakan di dunia bisnis.

Word of mouth dikenal juga sebagai alat yang kuat untuk memasarkan atau mempromosikan produk atau perusahaan tanpa biaya ataupun biayanya sangat kecil. Word of mouth merupakan kekuatan yang paling kuat dalam pasar, dan marketing yang paling murah serta efektif yang dapat digunakan di dunia bisnis. Marketing perpustakaan akan terasa lebih mengena bila menggunakan cara word of mouth. Word of mouth marketing (WOMM) di perpustakaan didasarkan pada tiga hal, yaitu WOMM dapat dengan mudah dilakukan perpustakaan. Perpustakaan memiliki banyak tenaga sales yang terdiri atas staf, pengguna, kolega dan siapa pun yang menjadi teman perpustakaan. WOMM merupakan bentuk komunikasi yang paling dahsyat. Sejauh ini, Barber dan Wallace (2009) meyakini bahwa WOMM merupakan cara paling taktis untuk mempromosikan perpustakaan di tengah masyarakat. Promosi ini juga murah sebab tidak banyak memerlukan dana.

g) Kemas Ulang Informasi

Agada (1995) sebagimana dikemukakan Syamsuddin (2004) mendefinisikankemas ulang informasi sebagai sebuah unit layanan baru yang ada di perpustakaan atau pusat informasi yang menyediakan layanan informasi untuk kebutuhan spesifik dari pemakai. Bunch (1984) memberi definisi yang lebih spesifik mengenai kemas ulang informasi sebagaimana dikemukakan Rosa (2012), yaitu memberi layanan informasi dengan menggunakan bahan yang tepat, memproses kembali informasi dalam suatu bentuk yang dapat langsung dipahami, mengemas informasi lalu menyusun semua bahan-bahan tersebut agar sesuai.

Kemas ulang informasi dapat dijadikan sebagai layanan khusus diperpustakaan. Peprustakaandapat menambahkan format media penyimpanan informasinya. Media elektronik dan digital sangat menolong untuk penyebaran informasi. Format ini memungkinkan bahan-bahan atau koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal karena dapat diakses dari jarak dan dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu bersamaan.

Di perpustakaan, pustakawan sudah melakukan kemas ulang informasi. Membuat abstrak, melayani terjemahan, menyusun bibliografi adalah contoh dari pengemasan ulang informasi. Kegiatan pengemasan ulang informasi tidak hanya sebatas seperti tersebut di atas. Pustakawan dapat mengumpulkan subjek tertentu untuk dilayankan pada penggunanya. Pustakawan dituntut untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh mengetahui apa yang dibutuhkan oleh penggunanya. Kecenderungan pengguna pada subjek tertentu merupakan bahan bagi pustakawan untuk membuat kemas ulang informasi. Sturges dan Chimsen dalam Iwhiwhu (200) menyebut ada 3 syarat untuk kemas ulang informasi, yaitu:

- Bahan-bahan kemas ulang informasi seharusnya sudah dikoleksi dan diorganisasi secara baik;

- Ada kapasitas untuk menganalisis isi serta menciptakan kemasan informasi baru;

- Hasil kemas ulang informasi dapat disebarkan secara gratis.

Sumber: Modul BMP PUST4312


Tidak ada komentar:

Posting Komentar