Rabu, 23 Desember 2020

 Tugas 2 Kerja Sama dan Jaringan Perpustakaan

1. Melaksanakan kerjasama dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi di perpustakaan. Pemanfaatan komputerisasi di perpustakaan sanga membantu kegiatan perpustakaan, salah satu perpustakaan yang dapat menerapkan komputerisasi adalah perpustakaan sekolah.

a. Sebutkan tahapan-tahapan program komputerisasi di sekolah

Program komputerisasi perpustakaan sekolah seyogianya dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.

1) Pemilihan Perpustakaan Sekolah Percontohan

2) Pembinaan Khusus

3) Penyelenggaraan Pelatihan Komputerisasi Perpustakaan

4) Pengadaan Komputer

5) Entri Data Koleksi

6) Komputerisasi Pelayanan

7) Kerja Sama Berbasis Komputer

b. Uraikan tahapan-tahapan tersebut

1) Pemilihan perpustakaan sekolah percontohan yaitu pada tahap ini dipilih beberapa perpustakaan sekolah di masing-masing Dati II yang akan dijadikan unggulan dan model bagi perpustakaan yang  ada di sekitarnya. Tahap ini pda umumnya telah dilakukan oleh Kanwil Depdikbud melalui Satgas KPPS dan juga oleh Dinas P dan K Provinsi.

2) Pembinaan khusus ialah perpustakaan sekolah percontohan harus mendapatkan pembinaan khusus dari instansi berwenang. Di samping pembinaan seperti yang sudah dilakukan selama ini, pembinaan tersebut hendaknya lebih diarahkan pada program komputerisasi. Dengan pembinaan yang baik, perpustakaan percontohan ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan perpustakaan sekolah lain yang ada di sekitarnya. 

3) Penyelenggaraan pelatihan komputerisasi perpustakaan yaitu tahapan yang memberikan pelatihan komputerisasi bagi guru pustakawan dari sekolah percontohan. Pelatihan ini hendaknya tidak dilakukan secara sambil lalu, tetapi juga harus terprogram dan bersifat berkesinambungan.

4) Pengadaan komputer yaitu pada saat ini, di masa mendatang, komputer mulai masuk ke pepustakaan. Sebaiknya, disediakan minimal satu unit yang khusus disediakan untuk perpustakaan.

5) Entri data koleksi yaitu pemasukan (entri) data koleksi hendaknya dilakukan secara rutin dan terus menerus. Tujuan utama adalah untuk mencapai sistem OPAC (Online Public Access Catalog) atau katalog komputer terpasang yang dapat digunakan untuk mengakses data koleksi perpustakaan. Di sini baru terasa pentingnya pelatihan entri data bagi pustakawan sebab tanpa pendidikan dan pelatihan penggunaan komputer, pengoperasian software perpustakaan dan teknis entri data pada komputer maka dapat dibayangkan kendala yang akan dihadapi terkait dengan kesinambungan operasional perpustakaan berbasis komputer ini.

6) Komputerisasi pelayanan ialah dilakukan setelah katalog komputer mapan. Komputerisasi pelayanan, antara lain meliputi komputerisasi untuk peminjaman buku, pengembalian, perpanjangan, sejarah perpinjaman, perhitungan denda, dan lain-lain. Hal ini juga memerlukan keterampilan dalam operasional program.  

7) Kerja sama berbasis komputer ialah komputerisasi perpustakaan sekolah harus lebih diarahkan sebagai embrio terbentuknya jaringan kerja sama antar perpustakaan sekolah di masa mendatang. Dengan demikian, untuk jangka panjang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh warga sekolah bersangkutan, tetapi dapat dimanfaatkan secara bersama-sama. Berpijak pada kebijakan yang demikian, sejak awal harus sudah diupayakan agar semua perpustakaan sekolah menggunakan perangkat lunak yang sama, pangkalan data yang sama, dan kodifikasi yang sama. Dengan adanya keseragaman ini, dimungkinkan saling akses informasi dan tukar menukar data elektronik lebih mudah dilakukan.


2. Dari sekian banyak perguruan tinggi di Indonesia, tidak semua perguruan tinggi memiliki banyak buku di perpustakaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan mahasiswa maupun dosennya, memperhatikan hal tersebut maka perpustakaan perguruan tinggi perlu bekerjasamma guna memenuhi kebutuhan pemustakanya

a. Sebutkan dan jelaskan bentuk kerjasama perpustakaan perguruan tinggi

1) Forum Kerja Sama Perpustakaan Perguruan Tinggi (FKP2T)

2) Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI)

3) Forum Perpustakaan PT-BHMN

4) Bentuk Kerja Sama Institusional

5) Jaringan Virtual Perpustakaan Universitas Kristen di Indonesia: InCU-VL

6) Kerja Sama Fungsional

b. Berikan contoh dari masing-masing bentuk kerjasama perguruan tinggi

1) Pada tahun 1995 berdasar kesepakatan bersama beberapa perpustakaan PT tergabung dalam Forum Kerja Sama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri, yang terdiri atas 25 PTN di Jawa dan 4 PTN di luar Jawa.

Sebagai media komunikasi antara anggota forum diterbitkan Jurnal FKP2TN. Jurnal FKP2TN diterbitkan dua kali dalam satu tahun pada bulan Juni dan Desember berisi tentang kajian, metode, praktik dan evaluasi bidang perpustakaan dan dokumentasi. Jurnal ini diterbitkan sejak tahun 1995 dengan nama Buletin FKP2TN. Sekarang berubah nama menjadi Jurnal FKP2TN.

Dalam rangka kerja sama resources sharing database perpustakaan yang tergabung dalam FKP2TN disepakati bahwa masing-masing peserta sanggup dan siap mengadakan kerja sama "information sharing" antar anggota FKP2TN, antara lain Buku, Skripsi, Laporan Penelitian, Tesis, Disertasi, Jurnal Ilmiah, AV Collection, Proceeding Seminar, Pidato Pengukuhan Guru Besar.

Kegiatan FKP2TN pada kurun waktu terakhir ini lebih kentara ketika terjalinnya kerja sama antara FKP2TN dengan beberapa perguruan tinggi di Malaysia dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia (pustakawan). Hal ini diwujudkan dalam pengiriman pustakawan untuk studi banding dengan perpustakaan di Malaysia. Penjaringan peserta dilakukan dengan sistem seleksi dengan tes maka akhirnya pada tahun 2013 dilakukanlah program studi banding tersebut dengan mengirim peserta terseleksi ke beberapa perguruan tinggi di Malaysia.

2) Terbentuknya organisasi Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) bermula dari pemikiran Perpustakaan Nasional RI tentang format pembinaan perpustakaan. Perpustakaan Perguruan Tinggi yang disampaikan pada rapat para Kepala Perpustakaan PTN dan PTS se-Jawa pada tanggal 19-30 September 1999. Ide ini kemudian ditindaklanjuti dengan pendirian Forum Komunikasi Perpustakaan Perguruan Tinggi/FPPTI tanggal 12 Oktober 2000 di Ciawi Bogor. Berdirinya organisasi ini didasakan pada realita bahwa perpustakaan Perguruan Tinggi belum mampu berperan optimal dalam menunjang Tridharma Perguruan Tinggi, adanya kesenjangan pendidikan tenaga fungsional pustakawan dan dosen, seretnya kerja sama antar perguruan tinggi, dan rendahnya pendidikan pengelola perpustakaan perguruan tinggi. Oleh karena itu, terwujudnya FPPTI ini diharapkan mampu meningkatkan profesi sumber daya manusia perpustakaan, kerja sama antar perpustakaan PT, dan meningkatnya peran perpustakaan PT dalam menunjang Tridharma Perguruan Tinggi.

Tujuan utama pendirian FPPTI adalah membentuk organisasi sebagai wadah ketika dapat menjalin kerja sama untuk meningkatkan perannya dalamm menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dengan dilandaasi asas kemitraan, pengelola perpustakaan perguruan tinggi akan meningkatkan kualitas SDM mereka bersama-sama dengan Perpustakaan Nasional RI sebagai fasilitator dan dinamisator.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa bentuk kerja sama yang dilakukan saat ini masih terbatas hanya pada pertukaran informasi tentang koleksi yang dimiliki masing-masing perpustakaan (accesion list); jangkauan kerja sama selain intern antara perpustakaan fakultas dan perpustakaan pusta berada dalam lingkungan suatu perguruan tinggi, kerja sama juga dilakukan antar perpustakaan perguruan tinggi lainnya; mengenai peran FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) sebagai wadah komunikasi antar perpustakaan perguruan tinggi nampaknya sangat berperan dalam mendukung terlaksananya kegiatan kerja sama. Sementara itu, yang menjadi kendala dalam kegiatan kerja sama antar perpustakaan adalah belum adanya kesepakatan mengenai bentuk kerja sama yang akan dilakukan.

3)Pada tanggal 26 Desember 2001 keluar Peraturan Pemerintah (PP) yang menunjuk 4 perguruan tinggi (UI, IPB, ITB dan UGM) berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perbedaan yang besar dengan status sebelumnya, yaitu PT BHMN dapat mengelola aset, SDM dan keuangannya secara otonom. Tiga tahun kemudian dua perguruan tinggi lainnya berstatus BHMN pula, yaitu Universitas Sumatera Utara (USU) dan Uiversitas Pendidikan Indonesia (UPI d/h IKIP Bandung).

Sejalan dengan terbentuknya PT BHMN tersebut maka di kalangan pengelola perpustakaan di lingkungan PT BHMN tersebut membentuk Forum Perpustakaan PT-BHMN. Dari berbagai pertemuan disepakati bersama Rencana Implementasi One Library System PT BHMN. Implementasi tahun ke 4 Pertemuan Putaran Kedua UGM, Yogyakarta: 20-21 Agustus 2004 diambil keputusan, di antaranya berikut ini.

- Resolution and the plan ahead: Action plan untuk PerpustakaanPT BHMN.

- Membangun kesepakatan untuk mengadakan kerja sama dalam bentuk Resource Sharing

Tahap I : Menyusun naskah kesepakatan resource sharing antar perpustakaan PT BHMN (September 2004).

Tahap II : Setiap perpustakaan membuat link antar perpustakaan PT BHMN dengan menu "LIBNET" (September 2004).

Tahap III : Resource sharing abstrak penelitian tesis dan disertasi (literatur kelabu) (Oktober 2004).

Tahap IV : Accredited publication resource sharing (Januari 2005).

Tahap V : Langganan database online melalui konsorsium (2005).

4) Kerja sama perpustakaan perguruan tinggi berdasarkan institusional merupakan kerja sama perpustakaan yang berada di bawah institusi yang sama. Bentuk kerja sama ini dapat dibagu menjadi 2 jenis ialah kerja sama institusional per regional dan nasional. Kerja sama antar perpustakaan PTN se Indonesia Barat atau se Indonesia Timur merupakan contoh kerja sama institusional regional.

Untuk kerja sama institusional yang dapat dijadikan contoh ialah:

- Kerja sama antar perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) se Indonesia

Kegiatan jaringan perpustakaan IAIN ialah penataran tenaga pustakawan, lazimnya dilakukan di Jakarta, peningkatan tenaga pustakawan dengan jalan memberi tugas belajar ke Universitas Indonesia untuk program Sarjana Ilmu Perpustakaan, pertukaran daftar buku baru, pembuatan indeks majalah Islam, pertemuan berkala kepala perpustakaan IAIN se Indonesia. Ada juga upaya pembentukan Jaringan Komunikasi dan Informasi Penelitian anatar IAIN se Indonesia dengan tujuan mengumpulkan laporan penelitian dan informasi penelitian yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh staf pengajar IAIN serta pertukaran publikasi penelitian. Jaringan ini belum beroperasi penuh, guna mengaktiffkan jaringan tersebut maka diadakan Lokakarya Jumar, 03 Agustus 2007.

- Kerja sama Perpustakaan APTIK (JPA)

Jaringan kerja sama Perpustakaan APTIK adalah bentuk kerja sama perpustakaan di lingkungan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik di Indonesia. Kerja sama antar Perpustakaan Unika APTIK yang berlangsung sejak tahun 1990. Saat ini terbentuk Jaringan Perpustakaan APTIK (JPA) yang secara rutin mengadakan Rapat Kerja dan Pelatihan Staf setahun sekali.

5) InCU-VL dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi web dari internet. Homepage jaringan perpustakaan maya (http://incuvl.mitra.net.id) ini didesain oleh dan ditempatkan di server di MitraNet (http://www.mitra.net.id) sebagai ISP (Internet Service Provider - Penyedia Jasa Internet) yang memiliki kepedulian khusus di bidang pendidikan. Diawali dengan program penyusunan direktori serta pembinaan sumber daya manusia dari calon perpustakaan peserta pada tahun 1997, beranggotakan perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi kristen di Indonesia.

Fasilitas layanan InCU-VL sesuai dengan peranannya sebagai mediator informasi yang menghubungkan pengguna dengan informasi di manapun informasi berada, InCU-VL dalam tahap ini mencoba untuk menyediakan akses ke sumber-sumber informasi yang dimiliki oleh tiap peserta anggota jaringan baik melalui New Spektra, katalog gabungan melalui web maupun melalui daftar majalah/jurnal. New Spektra sebuah katalog gabungan dari koleksi para perpustakaan anggota jaringan yang dapat diakses melalui web dan digunakan oleh InCU-VL untuk memberikan kemudahan bagi pengguna informasi dalam menelusur keberadaan bahan pustaka atau informasi yang dimilki oleh tiap perpustakaan anggota, kapan saja dan dari mana saja. Pendekatan penelusuran sederhana dari berbagai aspek, seperti pengarang, judul, subjek, bahasa, tahun terbit maupun pendekatan penelusuran kompleks yang merupakan gabungan antara berbagai aspek dari sebuah data bibliografis, sangatlah membantu untuk menemukan keberadaaan data bibliografis dari sumber informasi yang dikehendaki.

6) Kerja sama fungsional melibatkan perpustakaan perguruan tinggi berdasarkan fungsi. Contoh yang ada di Indonesia ialah kerja sama yang dilaksanakan oleh Unit Kerja Koordinasi Perpustakaan, sebuah proyek Direktorak Jenderal Pendidikan Tinggi yang dibiayai oleh Bank Dunia. Salah satu kegiatan UKPP ialah membentuk Pusat Layanan Disiplin Ilmu. Pusyandi memiliki fungsi sebagai berikut.

- Menghimpun koleksi dan sumber utama untuk layanan bibliografi di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi, khususnya untuk disiplin yang menjadi tanggung jawabnya.

- Membina kerja sama antara anggota jaringan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) perpustakaan perguruan tinggi lain dan pusat informasi nasional dan internasional.

 

3. Kerjasama internasional adalah kerjasama antara dua negara atau lebih. Kerjasama inernasional biasanya di setiap negara ditunjuk sebuah perpustakaan besar di negara bersangkutan, sebuah pusat peminjaman internasional untuk mempercepat permintaan peminjaman buku dan pengiriman

a. Sebutkan apa saja yang mempengaruhi kerjasama internasional perpustakaan

Kerja sama internasional ialah kerja sama antara dua negara atau lebih. Kerja sama internasional antara perpustakaan mulai berkembang setelah Perang Dunia II berakhir. Kerja sama internasional perpustakaan merupakan perluasan kerja sama nasional. Kerja sama internasional dipengaruhi oleh:

- Tingkat kerja sama nasional;

- Efisiensi perangkat kerja sama;

- Jenis perpustakaan serta tingkat kemajuannya;

- Seberapa jauh perpustakaan tersebut memenuhi kebutuhan informasi pemakaiannya dari perpustakaan yang berada di negara lain.

b. Sebutkan contoh kerjasama perpustakaan di luar negeri

Contoh kerjasama perpustakaan di luar negeri antara lain:

a) Comecon (Council for Mutual Economic Assistance), artinya kerjasama ekonomi negara Blok Sosialis. Blok ini merupakan bentuk kerjasama ekonomi dari anggota Pakta Warsawa didirikan oleh Stalin (tokoh Uni Soviet) pada tahun 1949. Negara anggota ialah Uni Soviet, Bulgaria, Kuba, Czekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Mongolia, Polandia, Rumania dan Vietnam. Kerjasama yang dilakukan adalah membentuk sistem MEDINFORM yang bertujuan memenuhi kebutuhan informasi kedokteran di kalangan negara sosialis.

b) European Community (Masyarakat Eropa) adalah masyarakat negara Eropa Barat yang diciptakan dengan tujuan mencapai integrasi politik dan ekonomi. Selain itu, masyarakat Eropa bebas bepergian dari satu negara ke negara anggota tanpa perlu visa. Negara anggota ialah Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luxemburg, Nederland, Portugal, Spanyol dan Inggris. Pada dasawarsa 90-an rencana kerjasama Uni Eropa mencakup 4 program ialah:

- Pengembangan bibliografi nasional;

- Pengaitan internasional berbagai sistem perpustakaan;

- Upaya merangsang jasa inovatif menggunakan teknologi informasi yang baru;

- Pengembangan dan produksi produk, jasa dan sarana perpustakaan yang dapat dijual dengan tujuan mencari laba.

c) Prasyarat jaringan kerjasama internasional adalah standarisasi dan penetapan kode huruf atau karakter bagi tulisan selain huruf Latin (transliterasi), seperti huruf Arab, Jepang, Korea dan Cina. Kemunculan berbagai sarana bibliografis internasional seperti OCLS dan RLIN serta sistem otomatisasi perpustakaan internasional, seperti UTLAS di Kanada, telah memberikan kontribusi bagi perluasan standarisasi dan kerjasama internasional. Berbagai perpustakaan nasional dan perpustakaan perguruan tinggi juga telah mengotomatisasikan data bibliografisnya, termasuk juga di negara-negara Asia Timur, mereka mengadopsi standar internasional seperti UNIMARC untuk menghasilkan katalog terbacakan standar mesin yang kompatibel secara internasional.

d) Jaringan informasi internasional ialah meningkatkan infrastruktur jaringan dan sarana telekomunikasi dengan adanya standar pengatalogan MARC yang berbasis ISBD diprakarsai oleh Online Computer Library Center (OCLC). Jaringan akademik yang menghubungkan berbagai perpustakaan dan para peneliti juga telaj berkembang pesar di masa awal dikenal adalah JANET (Joint Academic Network). Untuk meningkatkan kerjasama di jaringan Eropa dibentuk COSINE (Cooperation for Open Studies Interconnection Networking in Europe) yang menyediakan infrastruktur jaringan yang melayani penelitian dan pengembangan ilmiah dan komersial.

e) Jaringan informasi regional yaitu IFLA merupakan lembaga yang memelopiri standar-standar umum bagi perpustakaan dunia yan meliputi deskprisi bibliografi, pinjam antar perpustakaan, pengatalogan yang terbaca mesin (MARC), gedung perpustakaan,  dan sebagainya. Kerjasama perpustakaan di wilayah Asia Tenggara diawal dengan dibentuknya CONSAL (Congress of Southeast Asian Librarians) pada tahun 1970. Kegiatan untuk meningkatkan kerjasama di bidang kepustakawan, bibliografi, dokumentasi dan kegiatan-kegiatan yang terkait lainnya.   

 

4. Melaksanakan kerjasama perpustakaan diperlukan sarana penunjang untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dalam kerjasama tersebut. Tetapi dalam melaksanakan kerjasama perpustakaan tidaklah mudah, akan ditemui kendala-kendala dalam melaksanakan kerjasama perpustakaan.

a. Sebutkan sarana bantu kerjasama perpustakaan

Dalam melaksanakan kerja sama diperlukan alat-alat penunjang yaitu berbagai macam sarana bantu kerja sama perpustakaan yang untuk pembuatannya dapat juga dilakukan melalui kerja sama antara lain:

1) Katalog

Katalog adalah salah satu wakil dokumen yang berfungsi sebagai sarana temu kembali yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog ini berisi deskripsi bibliografi yang menunjukkan ciri fisik koleksi yang dimiliki. Katalog yang dimaksudkan adalah katalog perpustakaan yang berbentuk kartu. Katalog ini biasanya dibuat setelah proses menentukan klasifikasi, penentuan tajuk subjek, dan deskripsi bibliografi. Kartu katalog menurut jenisnya ada lima macam, yaitu kartu katalog pengarang, judul, subyek, shelflist dan kartu katalog subyek klasifikasi. Untuk setiap buku setidaknya memiliki empat jenis, yaitu katalog pengarang, judul, subjek dan shelflist (Sumardji: 1978, 41).

2) Bibliografi

Istilah bibliografi berasal dari kata Yunani "biblion", yang artinya buku dan "graphein", artinya menulis (Suwarno, 2010). Jadi secara etimologis operasional berarti penulisan buku. Pengertian yang dimaksud dalam operasional perpustakaan adalah teknih sistematik untuk membuat daftar deskriptif cantuman tertulis atau yang diterbitkan maka bibliografi merupakan daftar bahan pustaka yang lengkap dengan tidak memberikan komentar kritis (Sulistyo Basuki: 1991, 421).

3) Katalog Induk

Katalog merupakan daftar dari koleksi perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah loleksi apa yang dimiliki oleh perpustakaan dan dimana koleksi tersebuut dapat ditemukan. Tujuan pembangunan KIN adalah agar masyarakat dapat menemukan data bahan perpustakaan yang diperlukannya, sekaligus mengetahui lokasi bahan perpustakaan tersebut.

Katalog induk adalah katalog terdiri atas 2 perpustakaan atau lebih. Untuk katalog induk buku dikenal istilah union catalogue. Katalog induk digunakan sebagai sarana mengetahui bahan perpustakaan untuk pinjam antar perpustakaan. Jadi pada katalog induk selalu ada lokasi yang menunjukkan dimana buku tersebut. Secara singkat katalog induk merupakan usaha mencatat dalam satu urutan koleksi dua perpustakaan atau lebih. Idealnya katalog induk harus tetap mutakhir, koleksinya luas dalam arti dapat mencakup perpustakaan sebanyak mungkin.

4) Katalog Induk Majalah

Katalog induk majalah adalah katalog majalah terdiri atas 2 perpustakaan atau lebih. Dalam bahasa Inggris disebut union list of periodicals atau union list of serials populer dengan singkatan "union list". Bila katalog induk buku disusun menurut abjad pengarang maka katalog induk majalah disusun menurut abjad judul majalah. Sama halnya dengan katalog induk maka cakupan katalog induk majalah harus sekomprehensif mungkin mencakup perpustakaan sebanyak mungkin. Adanya katalog induk memungkinkan perpustakaan mengetahui dengan cepat lokasi buku atau majalah sehingga dapat mencegah duplikasi buku atau majalah.

5) Indeks

Indeks memiliki berbagai makna, dalam modul ini indeks yang dimaksud adalah indeks majalah,artinya panduan isi majalah yang disusun secara sistematis. Mungkin definisi itu terlalu sulit sehingga perlu dijelaskan lebih lanjut. Majalah yang dilanggan perpustakaan setelah mencapai waktu tertentu, misalnya setahun, dijilid. Kemudian, ada seorang pemakai menanyakan kepada saudara bahwa orang itu ingin membaca artikel yang ditulis oleh seorang pengarang dimuat di majalah, misalnya Manager. Saudara dapat merespons keinginan itu, tentu dengan jembali bertanya "Apakah masih ingat tahun dan subjeknya?".

6) Abstrak

Abstrak adalah rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat singkat atau dengan kata lain penyajian atau gambaran ringkas yang benar, tepat, dan jelas mengenai isi suatu dokumen. Abstrak merupakan suatu ringkasan yanglengkap dan menjelaskan keseluruhan isi artikel ilmiah. Abstrak ditempatkan pada bagian awal artikel ilmiah. Penulisan abstrak yang baik perlu dipertimbangkan mengingat bagian ini merupakan bagan artikel yang dibaca setelah judul. Sangatlah beralasan, dibaca tidaknya suatu artikel ilmiah tergantung pada kesan yang diperoleh pembaca saat membaca abstraknya.

b. Sebutkan kendala yang dihadapi oleh perpustakaan saat ingin membangun suatu jaringan kerjasama

1) Bahasa

Kerja sama antara dua perpustakaan sama jenis, misalnya perpustakaan kimia dengan perpustakaan kimia lebih mudah daripada kerja sama antara 2 jenis perpustakaan misalnya perpustakaan sekolah dengan perpustakaan khusus. Bila kerja sama dilakukan dalam bahasa yang dipahami masing-masing peserta maka tidak akan timbul masalah. Namun, kalau dilakukan dalam bahasa yang berlainan, misalnya perpustakaan yang menggunakan bahasa Arab dengan perpustakaan berbahasa Spanyol maka pasti akan timbul kesulitan bahasa.

2) Biaya

Banyak perpustakaan belum menyediakan dana yang cukup untuk kerja sama, misalnya dana untuk penelusuran, pengiriman buku dan pengembalian buku yang dipinjam, fasilitas fotokopi. Di beberapa negara, biaya pengiriman buku tidak memperoleh keringanan sehingga dalam kerja sama antar perpustakaan perlu biaya besar untuk pengiriman dan pengembalian buku. Dana yang terbatas dan tidak menentu menjadi suatu masalah yang utama di antara banyak perpustakaan, terutama di Indonesia sehingga perpustakaan tak dapat mengembangkan program lembaga induknya. Dengan meyakinkan pimpinan lembaga induk untuk dapat diikutsertakan dalam penyusunan anggaran, diharapkan perpustakaan dapat memperoleh jaminan adanya dana yang cukup untuk pengembangan perpustakaannya.

3) Sikap perpustakaan

Hal yang biasanya terjadi adalah keengganan perpustakaan besaruntuk bekerja sama dengan alasan ketidakseimbangan antara memberi dan menerima. Perpustakaan besar tidak berkenan bekerja sama dengan perpustakaan yang lebih kecil sering kali karena menganggap perpustakaan besar akan lebih banyak memberikan kemanfaatan kepada perpustakaan kecil, jika dibanding manfaat yang diterimanya dari perpustakaan kecil.

Belum lagi karena kendala koleksi yang tumpang tindih. Artinya, bahwa perpustakaan A memiliki koleksi yang sama dengan perpustakaan B sehingga tidak ada peluang untuk bekerja sama dalam hal pemanfaatan koleksi.

4) Geografi

Faktor geografi juga merupakan kendala kerja sama lebih-lebih untuk daerah yang luas. Suatu daerah di Amerika Serikat dengan daerah lainnya (ambil contoh San Fransisco) yang letaknya di ujung barat sampai dengan pertengahan New York dan Kepulauan Bermuda areanya cukup luas sekali sehingga kerja sama berlingkup nasional menghadapi kendali geografi. Oleh karena itu, sulit sekali bila sebuah perpustakaan umum di kota Nabire di Papua akan bekerja sama penyediaan fasilitas dengan rekannya sesama perpustakaan umum di daerah Tapaktuan di Aceh Tenggara.

5) Politik

Faktor politik juga masih merupakan kendala kerja sama internasional. Bagi negara yang masih dilanda kekacauan politik seringkali sulit diajak kerja sama karena negara lain takut kalau terjadi perubahan politik akan menghambat kerja sama misalnya buku tidak dikembalikan atau permintaan fotokopi tidak dilayani. Di segi ini, seringkali kerja sama perpustakaan melintasi batas politik sehingga terjadi kerja sama antara negara Eropa dengan rekan pustakawan di negara blok Timur.

6) Lemahnya sarana dan prasarana

Salah satu kelemahan dalam perpustakaan adalah kurang tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang kelancaran komunikasi di antara anggota peserta kerja sama. Dianjurkan tiap perpustakaan anggota kerja sama dapat meyakinkan pimpinan lembaga induk masing-masing untuk secara bertahap melengkapi perpustakaan dengan sarana komunikasi, seperti telepon, komputer, facsimile, mesin fotocopy, modem, dan sebagainyya. Bila belum ada, untuk sementara waktu, perpustakaan dapat mencari jalan untuk ikut menggunakan fasilitas dari unit yang memiliki.

7) Lemah koleksi

Data yang terbatas dari perpustakaan, membuat perpustakaan tak dapat membangun koleksi yang memadai. Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini adalah dengan jalan menggalakkan sumbangan alumni, atau mendesak pimpinan lembaga induk untuk mengeluarkan peraturan wajib simpan karrya cetak di lingkungan sendiri. Lalu, secara bertahap perpustakaan dapat meyakinkan pimpinan untuk, paling tidak menyediakan anggaran untuk dapat memenuhi kebutuhan koleksi pustaka inti dari lembaga yang bersangkutan.

8) Lemah ketenagaan

Kurangnya tenaga profesional baik dalam keahllian maupun sikap mental dapat menghambat jalannya kerja sama. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya program-program pembinaan kualitas tenaga perpustakaan melalui pengiriman tenaga untuk mengikuti pendidikan formal, magang, studi banding, pertemuan-pertemuan ilmiah, dan sebagainya.

9) Kurang dipahaminya manfaat kerja sama

Banyak perpustakaan meupun lembaga induk yang kurang menyadari manfaat kerja sama sehingga kurang memberikan dukungan dalam pelaksanaan kerja sama. Menjadi kewajiban pustakawan untuk dapat memberikan informasi dan menunjukkan keuntungan dari kerja sama sehingga dapat memperoleh dukungan dari pimpinan.

10) Kurang adanya informasi antara perpustakaan

Walaupun perpustakaan adalah lembaga yang bergerak di bidang informasi, justru sering kali pertukaran informasi jarang terlaksana sehingga masing-masing perpustakaan tidak mengetahui keadaan dan perkembangan perpustakaan lain sehingga kurang dapat memanfaatkan potensi dari perpustakaan-perpustakaan lain. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya pertemuan-pertemuan berkala secara rutin agar dapat membina hubungan serta berbagi pengalaman dan informasi. Penerbitan publikasi resmi, seperti majalah, buletin, daftar perolehan pustaka baru, katalog induk pustaka, baik yang diterbitkan secara bersama maupun diterbitkan dan disebarkan oleh masing-masing perpustakaan juga dapat membantu meningkatkan komunikasi dan pertukaran informasi antar perpustakaan.

11) Kurang adanya sinkronisasi peraturan/sistem

Kecenderungan perpustakaan untuk membuat peraturan-peraturan serta sistem sendiri dalam pengelolaan perpustakaan, sering menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja sama. Untuk itu, perlu diadakan usaha-usaha sinkronisasi, baik melalui pertemuan-pertemuan ilmiah secara rutin maupun pembuatan pedoman standardisasi agar dapat diikuti oleh masing-masing peserta kerja sama.

Sumber: Modul BMP PUST4316

Tidak ada komentar:

Posting Komentar