SUKU TALANG MAMAK (RIAU)
1. Sistem Religi
Sebagian besar warga Suku Talang Mamak di Desa Talang Gedabu beragama Islam. Mereka menyebut dirinya Islam Langkah Lama, dimana mereka percaya pada roh-roh leluhurnya. Adat istiadat masih dipegang kuat oleh suku Talang Mamak tersebut, terutama terkait dengan upacara daur hidup (kelahiran, pernikahan dan kematian).
2. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Pada masyarakat suku Talang Mamak dikenal adanya struktur kepemimpinan, pemimpin tertinggi adalah Patih (Istilah patih hanya ada pada suku Talang Mamak Durian Cacar, di komunitas lainnya namanya Batin). Patih/Batin ini merupakan penguasa wilayah (semacam bupati dalam pemerintahan kita) Dalam keseharian Patih mendapatkan tempat tertinggi dan sangat dihormati dan mempunyai kewenangan dalam memutuskan suatu masalah. Dibawah patih ada yang disebut Manti, hampir sama dengan patih hanya kekuasaannya lebih kecil. Selain itu dikenal juga Kumanti, Mangku, Kumantan, dan Dukun. Suku Talang Mamak punya peraturan yang ketat dan denda yang harus dibayar ketiga ada seseorang warga yang melakukan kesalahan atau pelanggaran misalnya pencurian (buah, ayam) dan sebagainya. Penyelesaian kasus pencurian biasanya dilakukan secara kekeluargaan, dimana pelaku meminta maaf kepada orang yang barangnya dicuri, akan tetapi apabila yang dicuri tidak terima, maka bisa naik banding ke tingkat yang lebih atas. Ketika naik banding inilah semua keputusan ada di tangan Batin, orang yang dianggap salah mendapatkan sangsi/denda tergantung tingkat kesalahannya. Istilah denda atau hukuman yang biasa digunakan adalah denda 1 (satu) tail, 2 (dua) tail, dan 3 (tiga) tail dan yang paling tinggi adalah 7 tail. Denda yang paling tinggi adalah 7 tail (denda ini tidak mungkin dipenuhi oleh orang Talang, karena banyaknya syarat yang harus dipenuhi). Pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat Talang Mamak diselesaikan dan diputuskan oleh pimpinan adat (Patih/Batin).
3. Bahasa
Bahasa Talang Mamak (serta Bahasa Sakai) termasuk dialek Bahasa Kerinci. Bahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi harian adalah melayu talang atau melayu tinggi, tidak ada tingkatan bahasa pada komunitas ini. Bahasa ini ada sedikit perbedaan dengan bahasa melayu pada umumnya. Ada beberapa istilah dan sebutan yang berbeda, yang kadang orang melayu sendiri tidak tahu artinya.
4. Sistem Pengetahuan
Penduduk yang tinggal di Dusun Kerampal adalah masyarakat dari Suku Talang Mamak, mereka masih sangat tergantung pada tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, khususnya bahan obat.
5. Kesenian
Kesenian yang ada pada suku Talang Mamak ini diantaranya adalah berdendang dan bernyanyi, nyanyian dinyanyikan bersama-sama dan sangat tergantung pada situasi (sedih, riang, senang) biasanya disampaikan dalam bentuk pantun. Di tempat lain ada juga tarian Rentak Bulian yang biasa dilakukan secara bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan, tetapi tarian ini bukan asli masyarakat talang merupakan tari kresasi. Tarian ini dilakukan ketika ada pesta bagawai (pesta pernikahan) dan dalam rangka pengobatan. Selain itu kesenian di atas, ada juga kesenian pencak silat yang menandai mulai dan mengakhiri kegiatan ritual yang diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang.
6. Mata Pencaharian
Pola kehidupan masyarakat Suku Talang Mamak sangatlah sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat Talang Mamak hanya memanfaatkan apa yangdihasilkan di pekarangan rumah dan ladang, serta melakukan perburuan dan penangkapan ikan disungai. Hasil dari berladang, berburu dan menangkap ikan akan dikonsumsi sendiri, sedangkan hasil menakik (menyadap) karet akan dijual melalui seorang perantara untuk dibawa ke produsen yang lebih besar.Kegiatan bertani dilakukan dengan sistem ladang berpindah. dimana mereka masih mempercayakan kekuatan gaib yang kuat dan berpengaruh pada pola perpindahan dan pembukaan ladang serta penentuan hari bercocok tanam.
7. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Dalam kehidupan keseharian suku Talang Mamak sudah mengenal teknologi dalam bentuk yang sederhana terutama yang dipergunakan untuk mengolah pertanian, perkebunan, ladang dan memasak. Dalam mengolah pertanian menggunakan cangkul, beliung (sejenis kampak kecil yang lentur), parang dan pisau (semua berbahan dasar besi). Alat untuk memasak menggunakan kuali, sendok nasi yang terbuat dari kayu dan ujungnya menggunakan batok kelapa. Untuk makan kebanyakan masih menggunakan tangan, walaupun ada juga yang sudah menggunakan sendok. Selain gelas yang digunakan untuk minum, masih banyak yang menggunakan kulit labu air. Masyarakat Talang Mamak pada umumnya bisa menerima pembaharuan dalam penggunaan alat-alat teknologi modern, baik alat rumah tangga, alat telekomunikasi dan trasportasi.
SUKU ALAS (Nanggroe Aceh Darussalam)
1. Sistem Religi
Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada juga yang mempercayai praktek perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama. Selain itu penduduk beragama Kristen hanya 0,006 %.
2. Bahasa
Bahasa Alas mirip dengan bahasa Batak (Karo, Tapanuli, dan Pakpak).
3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
a. Sistem Kekerabatan
Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.
b. Organisasi Sosial
Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama.
4. Kesenian
1. Tari Mesekat
2. Pelabat
3. Landok Alun
4. Vokal Suku Alas
5. Canang Situ
6. Canang Buluh
7. Genggong
8. Oloi-olio
9. Keketuk layakh
5. Mata Pencaharian
Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.
6. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Adapun kerajinan tradisional dari Suku Alas seperti :
1.Nemet (mengayam daun rumbia)
2. Mbayu amak (tikar pandan)
3. Bordir pakaian adat
4. Pande besi (pisau bekhemu)
Makanan Tradisonal
Adapun makanan tradisional dari suku alas adalah :
1. Manuk labakh
2. Ikan labakh
3. Puket Megaukh
4. Lepat bekhas
5. Gelame
6. Puket Megaluh
7. Buah Khum-khum
8. Ikan pacik kule
9. Teukh Mandi
10. Puket mekuah
11. Tumpi
7. Ilmu Pengetahuan
Masyarakat suku Alas memiliki kelebihan dalam hal memancing ikan, walaupun wilayah mereka tidak terdapat laut tapi sungai-sungai di wilayah mereka banyak menghasilkan ikan. Mereka menggunakan alat pancing tangkap ikan untuk memancing ikan.
SUKU ANEUK JAMEE (Nanggroe Aceh Darussalam)
A. Sistem Religi
Hampir sebagian penduduk suku Aneuk Jamee beragama Islam hal ini karena proses asimilasi tersebut dipermudah oleh kepercayaan Islam yang umum.
B. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Kemasyarakatan
1. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara budaya Minangkabaudan Aceh. Garis keturunan diperhitungkan berdasarkan prinsip bilateral, sedangkan adat menetap sesudah nikah adalah uxorilikal (tinggal dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihak ayah mempunyai kedudukan yang kuat dalam hal pewarisan dan perwalian, sedangkan ninik mamak berasal dari kerabat pihak ibu. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut rumah tangga. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama adalah mengasuh anak dan mengatur rumah tangga.
2. Organisasi Kemasyarakatan
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).
C. Bahasa
Bahasa Jamee adalah gabungan antara bahasa minang dan bahasa aceh. Itu tidak salah, namun sebenarnya yang terjadi adalah tutur bahasa minang yang asli ( bahasa orang paderi) itu sudah banyak dipengaruhi oleh bahasa aceh lalu memunculkan kosa kata yang baru dan dialek yang baru yang disebut dengan bahasa aneuk jamee. Kata aneuk jamee (anak pendatang) itu menjadi tanda bahwa mereka telah diterima dalam lingkungan masyarakat asli aceh dan dengan tercantumnya kata “aneuk” diawal nama suku tersebut menandakan bahwa suku aneuk jamee telah menjadi bagian dari masyarakat aceh.
D. Sistem Pengetahuan
Masyarakat Suku Aneuk Jamee umumnya mengetahui juga kegunaan jenis-jenis binatang untuk dijadikan bahan obat-obatan. Jenis-jenis biantang yang dapat dijadikan obat-obatan tersebut adalah seperti baneng glee (sejenis penyu) dimakan dagingnya untuk obat gatal-gatal dan reumatik. Biantang kurungkhong (sejenis kepiting) dan labah-labah air dapat dijadikan obat batuk asma. Tulang badak serta sumbunya dapat dijadikan obat berbisa. Katak hiaju dapat dijadikan obat digigit ular. Jeureumen manok (lembing ayam dapat dijadikan oabt digigit lipan atau kala).
E. Kesenian
Bentuk-bentuk kesenian Aneuk Jamee berasal dari dua budaya yang berasimilasi.. Orang Aneuk Jamee mengenal kesenian seudati, dabus (dabuih), dan ratoh yang memadukan unsur tari, musik, dan seni suara. Selain itu dikenal kaba, yaitu seni bercerita tentang seorang tokoh yangdibumbui dengan dongeng.
F. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian utama orang Aneuk Jamee adalah bersawah, berkebun, dan berladang, serta mencari ikan bagi penduduk yang tinggal di daerah pantai.Di samping itu ada yangmelakukan kegiatan berdagang secara tetap (baniago), salah satunya dengan cara menjajakan barang dagangan dari kampung ke kampung (penggaleh).
G. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Suku Aneuk Jamee menggunakan alat-alat peperangan diperoleh dari tempeun (tempat menempa alat-alat perkakas yang berasal dari besi) alat-alat peperangan masyarakat adat Aneuk Jamee.
SUKU LAMPUNG
UNSUR BUDAYA :
a. BAHASA
Bahasa orang Lampung disebut behasou Lampung atau umung Lampung atau cewo Lampung. Bahasa ini dibagi menjadi 2 logat yakni :
1. Logat Lampung Belalau, terbagi lagi menjadi :
a. logat Jelma Doya,
b. Pemanggilan Peminggir,
c. Melinting Peminggir
d. Pubian.
2. Logat Lampung Abung, terbagi lagi menjadi :
a. Sub dialek Abung
b. Sub dialek Tulang bawang.
Orang Lampung juga memiliki aksara sendiri yang disebut surat Lampung.
B. PENGETAHUAN
Pada masa lalu orang Lampung telah mengenal pola perkampungan yang menyebar disepanjang aliran sungai. Orang Lampung juga telah memiliki aksara sendiri. Selain itu, mereka juga sudah mengenal bangunan semacam lumbung disebut “walai” atau “balai” untuk menyimpan bahan makanan pokok.
C. TEKNOLOGI
Pada masa lalu, orang Lampung telah memiliki keris yang disebut emas wai besi yang dipakai khusus oleh golongan bangsawan pada masyarakat Lampung Pepadun.
D. RELIGI
Orang Lampung merupakan pemeluk agama Islam. Tetapi walaupun dikenal sebagai pemeluk agama Islam, di kalangan masyakarat Lampung masih berkembang sisa-sisa kepercayaan lama yang mereka sebut kepercayaan pada Zaman Tumi. Mereka juga mempercayai makhluk-makhluk halus dan benda-benda kuno dengan kekuatan saktinya. Sehubungan dengan kepercayaan ini, mereka mengenal berbagai upacara adat dengan berbagai sesajian sebagai pelengkapnya.
E. KESENIAN
Orang Lampung dikenal sebagai penghasil kain tenun tradisional (tapis) dengan motif hiasan yang indah. Pada masa lalu, kain tapis ini hanya digunakan pada upacara perkawinan atau upacara adat lainnya. Bentuk kesenian lainnya yaitu jenis tari-tarian yang dikembangkan untuk kebutuhan upacara-upacara adat, misalnya tari sambai, tari kipas, dan sebagainya. Mereka juga memiliki alat-alat musik miasalnya, gendang, kulintang, talo, dan serdam (suling bambu).
F. MATA PENCAHARIAN
Orang Lampung pada umumnya hidup dari bercocok tanam. Dahulu, mereka mengerjakan ladang (umbulan) dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Hasil pertanian yang terkenal antara lain kopi, lada, karet, dan cengkeh. Selain bercocok tanam, sejak dulu orang Lampung sudah mengenal usaha peternakan binatang yang diternakkan meliputi kerbau, sapi, kambing, dan unggas.
G. ORGANISASI SOSIAL
a.Perkawinan Bentuk perkawinan masyarakat Lampung dibedakan atas 2 bentuk, yaitu
1. Perkawinan biasa. Dalam perkawinan biasa seorang istri dan anak-anaknya menjadi anggota kelompok suaminya. Sebagai gantinya, suami diwajibkan memberikan mas kawin dan uang jujur (uang jojoh).
2. Perkawinan semanda. Dalam perkawinan ini, pihak keluarga laki-laki tidak membawa uang jujur, tetapi sang suami dan anak-anaknya menjadi anggota keluarga sang istri.
Selain itu, dalam perkawinan pada masyarakat Lampung, ada larangan kawin antara orang-orang yang tidak sederajat.
b.Kekerabatan
Prinsip penarikan garis keturunan orang Lampung bersifat patrilineal. Pada masyarakat Saibatin pengelompokan dalam satu kampung membentuk sebuah klen kecil yang disebut sebatin yang terbentuk atas dasar keturunan atau perkawinan. Secara umum anak laki-laki tertua dari keturunan yang lebih tua mempunyai kedudukan istimewa, yaitu sebagai ahli waris keluarganya.
c.Sistem kemasyarakatan
Pada masyarakat Lampung Saibatin, pemimpin Saibatin disebut penyimbang sebatin. Sedangkan pada masyarakat Lampung Pepadun, dipimpin oleh penyimbang tiyuh. Beberapa tiyuh tergabung menjadi satu kesatuan lebih besar disebut buay atau kebuayan. Pada masyarakat Lampung Pepadun berlaku hukum adat yang didasarkan pada Piagam Adat Lampung Siwo Migo. Pelanggaran terhadap ketentuan adat dikenai sanksi berupa denda atau keharusan melaksanakan upacara adat.