Rabu, 23 Desember 2020

tugas 2 Pemasaran Jasa Informasi Perpustakaan 

1. Jelaskan mengapa perpustakaan harus menerapkan konsep hubungan masyarakat baik untuk publik internal maupun publik eksternal diluar lembaganya (pemustaka dan masyarakat)!

Perpustakaan merupakan lembaga nirlaba yang keberadaannya tidak hanya ditujukan untuk staf yang bekerja di perpustakaan saja, melainkan juga untuk pihak lain. Ibarat keluarga, perpustakaan membutuhkan anggota keluarga, tetangga, kolega dan juga pihak lain untuk menyambung sebuah hubungan. Di luar hubungan tersebut di atas perpustakaan harus menjalin dengan lembaga induk sebaik-baiknya, misalnya perpustakaan perguruan tinggi harus menjalin hubungan baik dengan universitas sebagai lembaga induknya, perpustakaan umum harus menjalin hubungan baik dengan pemerintah daerah atau kota dan seterusnya.

Ada beberapa hal yang mendasari mengapa perpustakaan harus menjaga hubungan baik dengan pihak lain serta menyediakan layanan informasi pada pihak lain. Dasar-dasar tersebut adalah Books are for use dan every book of its reader.

Books are for use merupakan hukum perpustakaan yang menyatakan bahwa buku adalah untuk digunakan. Hukum ini memberi pesan bahwa seharusnya buku di perpustakaan tidak untuk keindahan atau ornamen ruangan saja, tetapi benar-benar dimanfaatkan dengan dibaca isinya. Buku merupakan media yang digunakan untuk menyimpan informasi sekarang sudah mengalami banyak perubahan. Buku bukan satu-satunya media penyimpan informasi sebab sekarang telah muncul media baru, seperti e-book yang dapat menyimpan informasi noncetak. Hukum perpustakaan berikutnya adalah every book for of its reader. Hukum ini mengandung pesan bahwa setiap buku memiliki pembacanya sendiri. Hukum ini mengandung pesan bahwa setiap buku memiliki pembacanya sendiri. Tantangan buat perpustakaan adalah bagaimana caranya perpustakaan dapat mendekatkan buku atau koleksi perpustakaan kepada pembacanya. Buku tidak akan mendatangi pembacanya, kenyataan ini mengharuskan perpustakaan merancang layanan yang dapat menjadikan pembacanya datang ke perpustakaan atau buku perpustakaan yang mendatangi mereka.

Hubungan masyarakat (public relation) merupakan salah satu cara perpustakaan untuk berinteraksi dengan masyarakat guna mengenalkan sumber daya informasi di perpustakaan kepada mereka. Dari sini, diharapkan perpustakaan mendapatkan pandangan pengguna perpustakaan mengenai kuantitas dann kualitas layanan perpustakaan dari waktu ke waktu, dan mencoba untuk menarik pengguna baru. Hubungan masyarakat selanjutnya menginformasikan pada pengguna mengenai sumber daya informasi, layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan.

Gupta mencatat banyak tujuan hubungan masyarakat di perpustakaan:

a) Menciptakan kesadaran dalam memanfaatkan perpustakaan di tengah-tengah masyarakat.

b) Untuk memasyarakatkan perpustakaan tersebut, apa saja yang dimiliki perpustakaan, untuk mengidentifikasi layanan perpustakaan sehingga dapat memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memaksimalkan pendidikan nonformal bagi diri mereka sendiri.

c) Memperkaya dan mengembangkan bidang ilmu yang selama ini sudah menjadi perhatian banyak orang sehingga mereka tetap mendapatkan informasi yang berkualitas.

d) Memaksimalkan waktu senggang masyarakat.

e) Menjadikan masyarakat sebagai warga negara yang baik.

f) Membantu masyarakat agar menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu mendapat informasi yang baik.

g) Mengapresiasi nilai-nilai demokrasi.

h) Meningkatkan kerangka pikir masyarakat.

  

2. Jelaskan alat-alat promosi yang efektif dan efisien digunakan untuk memperkenalkan, mendekatkan dan menarik minat konsumen untuk menggunakan produk jasa! Uraikan penjelasan tersebut dengan contoh penerapannya di lembaga perpustakaan.

Salah satu faktor penting terhadap keberhasilan pemasaran jasa perpustakaanadalah promosi. Sebagai dasar pemikiran untuk melakukan kegiatan promosi adalah komunikasi, karena dengan adanya komunikasi diharapkan terjadi interaksi antara produsen dengan konsumen. Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila pesan yang diterima sama dengan pesan yang dikirim. Promosi sebagai bentuk usaha komunikasi yang menjembatani kesenjangan antara produsen dengan konsumen merupakan jalur utama menuju ke benak konsumen. Karena itu, produsen suatu produk atau jasa harus melintasi jalur tersebut untuk mengkomunikasikan produk ke pengguna atau calon konsumen.

Alat promosi yang efektif dan efisien digunakan untuk memperkenalkan, mendekatkan dan menarik minat konsumen untuk menggunakan produk jasa perpustakaan ialah:

a) Personal Selling

Personal selling merupakan person yang secara langsung melakukan penjualan dengan bertemu muka langsung dengan pelanggan, artinya penjual berhubungan langsung dengan konsumen dalam menawarkan produknya. Di luar penjual bertemu langsung dengan pelanggan, personal selling menurut Basu (2009) memiliki banyak fungsi yaitu mengadakan analisa pasar, menentukan calon konsumen, mengadakan komunikasi, memberikan pelayanan, memajukan langganan, mempertahankan langganan,mendefinisikan masalah, mengatasi masalah, mengatur waktu, mengalokasikan sumber-sumber dan meningkatkan kemampuan diri.

Personal selling di perpustakaan merupakan interaksi antarindividu, saling bertemu muka, yang ditujukan untuk konsumen/pelanggan guna menciptakan, memperbaiki, menguasai atau memelihara hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain, seperti pelanggan perpustakaan.

Definisi personal selling menurut Nickels dalam Basu (2009, 26) sebagai interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.

Personal selling untuk jasa perpustakaan memiliki keuntungan. Cara ini memungkinkan staf perpustakaan dapat berkomunikasi langsung dengan pelanggannya. Perpustakaan dapat menceritakan apa yang dimiliki, yang meliputi layanan, kegiatan, maupun koleksinya. Demikian juga pelanggan berkesempatan untuk dapat memberi masukan pada perpustakaan mengenai kegiatan yang selama ini diadakan apakah benar-benar memberi kemanfaatan pada mereka atau tidak, sekaligus mereka dapat memberi masukan pada perpustakaan mengenai apa yang ingin mereka dapatkan dari perpustakaan, termasuk di dalamnya mereka dapat menyampaikan koleksi macam apa yang mereka butuhkan untuk memenui kebutuhan informasi mereka.

Personal selling merupakan alat yang paling efektif biaya pada tahap proses pembelian lebih lanjut, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Personal selling memiliki tiga ciri khusus yaitu konfrontasi personal (personal confrontation), personal selling mencakup hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak dengan lebih dekat. Mempererat (cultivation), personal selling memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan yang lebih erat lagi. Wiraniaga biasanya sudah benar-benar mengetahui minat pelanggan yang terbaik. Respon (respons), personal selling membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.

Menurut saya perpustakaan sebagai lembaga jasa informasi bisa menerapkan personal selling. Metode ini biasanya sangat efektif untuk menarik pengguna agar berkunjung ke perpustakaan. Personal selling ini dapat dilakukan dengan cara Pustakawan secara proaktif membuat data tentang pengguna perpustakaan yang aktif atau yang mau aktif untuk diketahui tentang, misalnya, nama, nomor telepon, alamat rumah dan buku-buku bacaan yang digemari. Selanjutnya  kita mengikuti perkembangan buku-buku bacaan atau informasi yang terbit saat ini. Dengan begitu perpustakaan akan tetap diminati bagi pengguna, dengan inovasi pemasaran yang baik.

b) Konsep Periklanan

Periklanan merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam pemasaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas, mendorong dan membujuk masyarakat untuk membeli produk yang diiklankan. Disamping itu, periklanan juga digunakan untuk menciptakan kesan yang baik di kalangan masyarakat dan periklanan ingin memuaskan pihak pengiklan dan pembeli. Menurut Nickles (Basu, 2009, 245) "periklanan adalah komunikasi nonindividu dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga nonlaba, serta individu-individu".

Dalam dunia bisnis, periklanan berarti membujuk agar melakukan transaksi berupa pembelian terhadap produk tertentu. Perpustakaan punya misi yang sama dengan dunia bisnis, yaitu merayu masyarakat agar mau memanfaatkan jasa perpustakaan dengan mendatangi dan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki perpustakaan.

Coote dalam Fuadi (1996, 26) mencatat bahwa periklanan di perpustakaan bertujuan untuk:

- Membuat orang tahu akan perpustakaan;

- Melekatkan nama perpustakaan di dalam pasar;

- Cara paling mudah untuk menangkap calon pelanggan dalam jumlah besar;

- Mengingatkan bahwa perpustakaan itu memiliki eksistensi di masyarakat.

Terkait dunia perpustakaan dan informasi, maka jenis media iklan disesuaikan dengan khalayak sasaran, geografis dan daya jangkau perpustakaan itu sendiri. Berbagai bentuk media dan sarana promosi yang dapat digunakan dalam marketing informasi dan perpustakaan diantaranya adalah :

- Brosur berisi informasi mengenai keberadaan perpustakaan, waktu dan hari kegiatan perpustakaan, termasuk koleksi serta semua informasi umum yang perlu diketahui oleh pengguna. 

- Pendidikan pemakai yang efektif mampu mendongkrak  nilai jual sebuah perpustakaan. Perpustakaan memberikan suatu penjelasan kepada pengguna mengenai penggunaan perpustakaan. Saat ini pendidikan pengguna telah berkembang dan semua terlingkup dalam satu konsep literasi informasi.

Secara bebas, literasi informasi diartikan sebagai adanya pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi disertai kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengkomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Literasi juga merupakan bagian dari hak asasi manusia untuk pembelajaran seumur hidup.  Terbentuknya masyarakat informasi dan masyarakat berbasis pengetahuan, tidak saja membutuhkan infrastruktur (hardware, software, aplikasi, dan konektivitas/akses) yang handal, dan regulasi (peraturan) yang mendukung, tetapi juga sumber daya manusia (SDM) atau brainware dengan tingkat literasi (melek) media yang memadai dan kemampuan mengeksplorasi konten (literasi informasi) untuk menciptakan kemakmuran. Bahkan beberapa sumber menghubungkan antara tingkat literasi dengan harapan hidup masyarakat. Ketika seseorang bermaksud meningkatkan taraf hidupnya, maka dia memerlukan sesuatu yang lebih dari dirinya yaitu perkembangan diri, baik ketrampilan, pendidikan atau kinerja yang lebih. Proses menjadi lebih adalah proses belajar. Kemampuan untuk dapat belajar secara mandiri akan membuat proses yang dilalui lebih mudah dengan kemampuan literasi. Ternyata ada korelasi yang positif antara keduanya, artinya semakin tinggi tingkat literasi sebuah masyarakat semakin tinggi pula harapan hidupnya.

- Pameran merupakan salah satu media beriklan yang efektif. Melalui pameran, perpustakaan dapat dilihat, dikenal sekaligus bisa digali semua aspeknya. Pameran juga memungkinkan terjadinya komunikasi antara perpustakaan dengan pengguna yang jaraknya jauh dari lokasi perpustakaan.

- Pamflet berguna untuk memperkenalkan perpustakaan. Pamflet ditempel di tempat-tempat umum yang mudah dilihat masyarakat. Sehingga masyarakat bisa mengenal perpustakaan meskipun belum mengunjunginya secara fisik.

- Bibliografi adalah daftar buku atau cantuman koleksi yang dimiliki suatu perpustakaan. Bibliografi yang lengkap bisa menjadi modal yang sangat berharga  untuk pengembangan perpustakaan ke depannya.

 c) Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Promosi penjualan (sales promotion) merupakan kegiatan pemasaran di luar penjualan perorangan, periklanan dan publisitas yang menstimulasi pembelian oleh konsumen. Menurut Nickles, promosi penjualan adalah kegiatan yang ada dalam kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang mendorong adanya pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pameran, demonstrasi atau alat lainnya (Basu, 2009, 279).

Promosi penjualan di perpustakaan dapat diimplementasikan dengan menginformasikan kegiatan di perpustakaan. Selama ini, perpustakaan hanya diketahui sebagai lembaga yang tugasnya hanya pinjam meminjam koleksi saja, padahal perpustakaan dapat melakukan tugas lain yang masih menjadi tupoksi (tugas pokok dan fungsi) perpustakaan itu sendiri. Berpartner dengan pengajar maupun peneliti merupakan salah satu tupoksi dari perpustakaan. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah (akademik) juga bagian dari tugas perpustakaan dan tugas yang tidak kalah penting yang merupakan tupoksi perpustakaan adalah mengajar dan melatih penggunanya agar mampu menjadi manusia yang literate (sadar informasi), yakni pelanggan perpustakaan yang secara mandiri dapat menyadari kebutuhan informasinya, mencari informasi yang dibutuhkannya, menyimpan informasi tersebut dan selanjutnya dapat menggunakan informasi tersebut untuk suatu kegiatan yang positif.

d) Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran langsung (direct marketing) merupakan penggunaan salurran langsung kepada konsumen tanpa melewati perantara untuk menjangkau dan mengirimkan barang dan jasa. Cara ini ditempuh perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan untuk jangka panjang. Menurut Kotler dan Keller (2009, jil. 2) pemasaran langsung merupakan penggunaan saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan mengirimkan barang dan jasa tanpa melewati perantara pemasaran. Pemasaran ini dapat melalui surat, telepon, faksimile, email dan alat penghubung lainnya untuk berkomunikasi langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan.

Dengan bantuan teknologi, perpustakaan dapat melakukan kegiatan yang dalam dunia bisnis disebut dengan pemasaran langsung (direct marketing). Pemasaran langsng memungkinkan perpustakaan menggunakan saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan mengirimkan barang dan jasa tanpa melewati perantara pemasaran. Dalam konteks perpustakaan, dapat jadi pengiriman barang berupa buku atau jenis koleksi perpustakaan lainnya. Namun, sejauh ini belum dapat dilakukan karena terkendala dana, apakah pengiriman buku ditanggung oleh peminjam koleksi atau oleh perpustakaan. Sepertinya perpustakaan keberatan bila harus mengalokasikan biaya pengiriman sebab anggaran perpustakaan terbatas. Barangkali pilihan yang palin adil adalah peminjam menanggung biaya bila mereka menginginkan agar pinjamannya dikirimkan lewat pos atau jasa pengiriman lainnya.

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perpustakaan untuk melakukan pemasaran langsung kepada penggunanya, yaitu pemasaran surat langsung, pemasaran melalui katalog dan direct mail.

Pemasaran surat langsung dapat dilakukan dengan mengirim tawaran atas produk tertentu yang ditujukan pada konsumen melalui alamat tertentu. Perpustakaan punya layanan informasi yang sering disebut dengan "Jasa pemencaran informasi terpilih". Jasa ini merupakan kegiatan memberikan informasi yang diperlukan pemakai atau memberi akses pada pemakai untuk mendapat informasi dari perpustakaan sesuai dengan bidang yang mereka inginkan.

Perpustakaan juga menyediakan layanan jasa informasi kilat (current awareness services/CAS). CAS dirancang untuk menginformasikan pada pengguna mengenai bahan terbaru yang dimiliki oleh perpustakaan. Misalnya, ada seseorang yang tertarik pada majalah tertentu, perpustakaan dapat mengirimkan daftar isi yang ada dalam majalah tersebut kepada pelanggan/pengguna perpustakaan.

e) Merchandising

Merchandising merupakan perencanaan dan pengendalian dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pengecer. Merchandising adalah grup produk yang sangat berhubungan satu sama lain yang ditunjukkan untuk kegunaan akhir yang dijual kepada grup konsumen yang sama atau dengan kisaran harga yang hampir sama (Dunne, Lusch dan Griffith, dalam Foster 2008:54).

Perpustakaan sangat mungkin menerapkan konsep merchandising sebagaimana konsep tersebut dipraktikkan dalam dunia industri. Implementasinya, perpustakaan dapat menggunakan definisi merchandising atau kadang ditulis merchadizing sebagai upaya mempromosikan produk dengan cara mengembangkan strategis dalam pengemasan, display/peragaan dan dengan memublikasikan kepada masyarakat umum. Praktiknya, perpustakaan dapat menampilkan koleksi yang sedikit beda dengan umumnya koleksi ditata. Merchandising menyangkut bagaimana mempromosikan produk pada pengguna. Promosi tersebut tidak hanya mengacu promosi konvensional perpustakaan berupa pinjam meminjam koleksi, namun juga mempromosikan subjek koleksi maupun kegiatan-kegiatan perpustakaan lainnya.

Peningkatan atau penurunan penjualan produk sebuah perusahaan oleh konsumen dilihat dari banyak perspektif, baik dari sisikualitas produk, pelayanan, promosi, cara menjual, berpromosi, publikasi dan periklanan. Membangun citra yang positif sebuah perusahaan tidaklah mudah. Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan produk perusahaan adalah memperkuat pemasaran dengan cara dari mulut ke mulut.

f) Word of Mouth

Menurut Ali (2010, 32) Word of Mouth adalah upaya untuk memberikan alasan agar orang berbicara tentang merek, produk maupun jasa dan membuat berlangsungnya pembicaraan itu mudah. Perusahaan memicu minat konsumen dengan cara menyebabkan konsumen berbagi pengalaman dengan orang lain. Agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna pemasar perlu mencari orang-orang yang sangat terkesan dan sangat puas atau bahagia karena produk, atau jasa yang ia terima, orang semacam ini akan menjadi rekomender yang besar pengaruhnya terhadap orang lain.

Word of Mouth dikenal juga sebagai alat yang kuat untuk memasarkan atau mempromosikan produk atau perusahaan tanpa biaya ataupun biayanya sangat kecil. Word of Mouth merupakan kekuatan yang paling kuat dalam pasar, dan marketing yang paling murah serta efektif yang dapat digunakan di dunia bisnis.

Word of mouth dikenal juga sebagai alat yang kuat untuk memasarkan atau mempromosikan produk atau perusahaan tanpa biaya ataupun biayanya sangat kecil. Word of mouth merupakan kekuatan yang paling kuat dalam pasar, dan marketing yang paling murah serta efektif yang dapat digunakan di dunia bisnis. Marketing perpustakaan akan terasa lebih mengena bila menggunakan cara word of mouth. Word of mouth marketing (WOMM) di perpustakaan didasarkan pada tiga hal, yaitu WOMM dapat dengan mudah dilakukan perpustakaan. Perpustakaan memiliki banyak tenaga sales yang terdiri atas staf, pengguna, kolega dan siapa pun yang menjadi teman perpustakaan. WOMM merupakan bentuk komunikasi yang paling dahsyat. Sejauh ini, Barber dan Wallace (2009) meyakini bahwa WOMM merupakan cara paling taktis untuk mempromosikan perpustakaan di tengah masyarakat. Promosi ini juga murah sebab tidak banyak memerlukan dana.

g) Kemas Ulang Informasi

Agada (1995) sebagimana dikemukakan Syamsuddin (2004) mendefinisikankemas ulang informasi sebagai sebuah unit layanan baru yang ada di perpustakaan atau pusat informasi yang menyediakan layanan informasi untuk kebutuhan spesifik dari pemakai. Bunch (1984) memberi definisi yang lebih spesifik mengenai kemas ulang informasi sebagaimana dikemukakan Rosa (2012), yaitu memberi layanan informasi dengan menggunakan bahan yang tepat, memproses kembali informasi dalam suatu bentuk yang dapat langsung dipahami, mengemas informasi lalu menyusun semua bahan-bahan tersebut agar sesuai.

Kemas ulang informasi dapat dijadikan sebagai layanan khusus diperpustakaan. Peprustakaandapat menambahkan format media penyimpanan informasinya. Media elektronik dan digital sangat menolong untuk penyebaran informasi. Format ini memungkinkan bahan-bahan atau koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal karena dapat diakses dari jarak dan dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu bersamaan.

Di perpustakaan, pustakawan sudah melakukan kemas ulang informasi. Membuat abstrak, melayani terjemahan, menyusun bibliografi adalah contoh dari pengemasan ulang informasi. Kegiatan pengemasan ulang informasi tidak hanya sebatas seperti tersebut di atas. Pustakawan dapat mengumpulkan subjek tertentu untuk dilayankan pada penggunanya. Pustakawan dituntut untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh mengetahui apa yang dibutuhkan oleh penggunanya. Kecenderungan pengguna pada subjek tertentu merupakan bahan bagi pustakawan untuk membuat kemas ulang informasi. Sturges dan Chimsen dalam Iwhiwhu (200) menyebut ada 3 syarat untuk kemas ulang informasi, yaitu:

- Bahan-bahan kemas ulang informasi seharusnya sudah dikoleksi dan diorganisasi secara baik;

- Ada kapasitas untuk menganalisis isi serta menciptakan kemasan informasi baru;

- Hasil kemas ulang informasi dapat disebarkan secara gratis.

Sumber: Modul BMP PUST4312


 Tugas 2 Kerja Sama dan Jaringan Perpustakaan

1. Melaksanakan kerjasama dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi di perpustakaan. Pemanfaatan komputerisasi di perpustakaan sanga membantu kegiatan perpustakaan, salah satu perpustakaan yang dapat menerapkan komputerisasi adalah perpustakaan sekolah.

a. Sebutkan tahapan-tahapan program komputerisasi di sekolah

Program komputerisasi perpustakaan sekolah seyogianya dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.

1) Pemilihan Perpustakaan Sekolah Percontohan

2) Pembinaan Khusus

3) Penyelenggaraan Pelatihan Komputerisasi Perpustakaan

4) Pengadaan Komputer

5) Entri Data Koleksi

6) Komputerisasi Pelayanan

7) Kerja Sama Berbasis Komputer

b. Uraikan tahapan-tahapan tersebut

1) Pemilihan perpustakaan sekolah percontohan yaitu pada tahap ini dipilih beberapa perpustakaan sekolah di masing-masing Dati II yang akan dijadikan unggulan dan model bagi perpustakaan yang  ada di sekitarnya. Tahap ini pda umumnya telah dilakukan oleh Kanwil Depdikbud melalui Satgas KPPS dan juga oleh Dinas P dan K Provinsi.

2) Pembinaan khusus ialah perpustakaan sekolah percontohan harus mendapatkan pembinaan khusus dari instansi berwenang. Di samping pembinaan seperti yang sudah dilakukan selama ini, pembinaan tersebut hendaknya lebih diarahkan pada program komputerisasi. Dengan pembinaan yang baik, perpustakaan percontohan ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan perpustakaan sekolah lain yang ada di sekitarnya. 

3) Penyelenggaraan pelatihan komputerisasi perpustakaan yaitu tahapan yang memberikan pelatihan komputerisasi bagi guru pustakawan dari sekolah percontohan. Pelatihan ini hendaknya tidak dilakukan secara sambil lalu, tetapi juga harus terprogram dan bersifat berkesinambungan.

4) Pengadaan komputer yaitu pada saat ini, di masa mendatang, komputer mulai masuk ke pepustakaan. Sebaiknya, disediakan minimal satu unit yang khusus disediakan untuk perpustakaan.

5) Entri data koleksi yaitu pemasukan (entri) data koleksi hendaknya dilakukan secara rutin dan terus menerus. Tujuan utama adalah untuk mencapai sistem OPAC (Online Public Access Catalog) atau katalog komputer terpasang yang dapat digunakan untuk mengakses data koleksi perpustakaan. Di sini baru terasa pentingnya pelatihan entri data bagi pustakawan sebab tanpa pendidikan dan pelatihan penggunaan komputer, pengoperasian software perpustakaan dan teknis entri data pada komputer maka dapat dibayangkan kendala yang akan dihadapi terkait dengan kesinambungan operasional perpustakaan berbasis komputer ini.

6) Komputerisasi pelayanan ialah dilakukan setelah katalog komputer mapan. Komputerisasi pelayanan, antara lain meliputi komputerisasi untuk peminjaman buku, pengembalian, perpanjangan, sejarah perpinjaman, perhitungan denda, dan lain-lain. Hal ini juga memerlukan keterampilan dalam operasional program.  

7) Kerja sama berbasis komputer ialah komputerisasi perpustakaan sekolah harus lebih diarahkan sebagai embrio terbentuknya jaringan kerja sama antar perpustakaan sekolah di masa mendatang. Dengan demikian, untuk jangka panjang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh warga sekolah bersangkutan, tetapi dapat dimanfaatkan secara bersama-sama. Berpijak pada kebijakan yang demikian, sejak awal harus sudah diupayakan agar semua perpustakaan sekolah menggunakan perangkat lunak yang sama, pangkalan data yang sama, dan kodifikasi yang sama. Dengan adanya keseragaman ini, dimungkinkan saling akses informasi dan tukar menukar data elektronik lebih mudah dilakukan.


2. Dari sekian banyak perguruan tinggi di Indonesia, tidak semua perguruan tinggi memiliki banyak buku di perpustakaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan mahasiswa maupun dosennya, memperhatikan hal tersebut maka perpustakaan perguruan tinggi perlu bekerjasamma guna memenuhi kebutuhan pemustakanya

a. Sebutkan dan jelaskan bentuk kerjasama perpustakaan perguruan tinggi

1) Forum Kerja Sama Perpustakaan Perguruan Tinggi (FKP2T)

2) Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI)

3) Forum Perpustakaan PT-BHMN

4) Bentuk Kerja Sama Institusional

5) Jaringan Virtual Perpustakaan Universitas Kristen di Indonesia: InCU-VL

6) Kerja Sama Fungsional

b. Berikan contoh dari masing-masing bentuk kerjasama perguruan tinggi

1) Pada tahun 1995 berdasar kesepakatan bersama beberapa perpustakaan PT tergabung dalam Forum Kerja Sama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri, yang terdiri atas 25 PTN di Jawa dan 4 PTN di luar Jawa.

Sebagai media komunikasi antara anggota forum diterbitkan Jurnal FKP2TN. Jurnal FKP2TN diterbitkan dua kali dalam satu tahun pada bulan Juni dan Desember berisi tentang kajian, metode, praktik dan evaluasi bidang perpustakaan dan dokumentasi. Jurnal ini diterbitkan sejak tahun 1995 dengan nama Buletin FKP2TN. Sekarang berubah nama menjadi Jurnal FKP2TN.

Dalam rangka kerja sama resources sharing database perpustakaan yang tergabung dalam FKP2TN disepakati bahwa masing-masing peserta sanggup dan siap mengadakan kerja sama "information sharing" antar anggota FKP2TN, antara lain Buku, Skripsi, Laporan Penelitian, Tesis, Disertasi, Jurnal Ilmiah, AV Collection, Proceeding Seminar, Pidato Pengukuhan Guru Besar.

Kegiatan FKP2TN pada kurun waktu terakhir ini lebih kentara ketika terjalinnya kerja sama antara FKP2TN dengan beberapa perguruan tinggi di Malaysia dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia (pustakawan). Hal ini diwujudkan dalam pengiriman pustakawan untuk studi banding dengan perpustakaan di Malaysia. Penjaringan peserta dilakukan dengan sistem seleksi dengan tes maka akhirnya pada tahun 2013 dilakukanlah program studi banding tersebut dengan mengirim peserta terseleksi ke beberapa perguruan tinggi di Malaysia.

2) Terbentuknya organisasi Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) bermula dari pemikiran Perpustakaan Nasional RI tentang format pembinaan perpustakaan. Perpustakaan Perguruan Tinggi yang disampaikan pada rapat para Kepala Perpustakaan PTN dan PTS se-Jawa pada tanggal 19-30 September 1999. Ide ini kemudian ditindaklanjuti dengan pendirian Forum Komunikasi Perpustakaan Perguruan Tinggi/FPPTI tanggal 12 Oktober 2000 di Ciawi Bogor. Berdirinya organisasi ini didasakan pada realita bahwa perpustakaan Perguruan Tinggi belum mampu berperan optimal dalam menunjang Tridharma Perguruan Tinggi, adanya kesenjangan pendidikan tenaga fungsional pustakawan dan dosen, seretnya kerja sama antar perguruan tinggi, dan rendahnya pendidikan pengelola perpustakaan perguruan tinggi. Oleh karena itu, terwujudnya FPPTI ini diharapkan mampu meningkatkan profesi sumber daya manusia perpustakaan, kerja sama antar perpustakaan PT, dan meningkatnya peran perpustakaan PT dalam menunjang Tridharma Perguruan Tinggi.

Tujuan utama pendirian FPPTI adalah membentuk organisasi sebagai wadah ketika dapat menjalin kerja sama untuk meningkatkan perannya dalamm menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dengan dilandaasi asas kemitraan, pengelola perpustakaan perguruan tinggi akan meningkatkan kualitas SDM mereka bersama-sama dengan Perpustakaan Nasional RI sebagai fasilitator dan dinamisator.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa bentuk kerja sama yang dilakukan saat ini masih terbatas hanya pada pertukaran informasi tentang koleksi yang dimiliki masing-masing perpustakaan (accesion list); jangkauan kerja sama selain intern antara perpustakaan fakultas dan perpustakaan pusta berada dalam lingkungan suatu perguruan tinggi, kerja sama juga dilakukan antar perpustakaan perguruan tinggi lainnya; mengenai peran FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) sebagai wadah komunikasi antar perpustakaan perguruan tinggi nampaknya sangat berperan dalam mendukung terlaksananya kegiatan kerja sama. Sementara itu, yang menjadi kendala dalam kegiatan kerja sama antar perpustakaan adalah belum adanya kesepakatan mengenai bentuk kerja sama yang akan dilakukan.

3)Pada tanggal 26 Desember 2001 keluar Peraturan Pemerintah (PP) yang menunjuk 4 perguruan tinggi (UI, IPB, ITB dan UGM) berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perbedaan yang besar dengan status sebelumnya, yaitu PT BHMN dapat mengelola aset, SDM dan keuangannya secara otonom. Tiga tahun kemudian dua perguruan tinggi lainnya berstatus BHMN pula, yaitu Universitas Sumatera Utara (USU) dan Uiversitas Pendidikan Indonesia (UPI d/h IKIP Bandung).

Sejalan dengan terbentuknya PT BHMN tersebut maka di kalangan pengelola perpustakaan di lingkungan PT BHMN tersebut membentuk Forum Perpustakaan PT-BHMN. Dari berbagai pertemuan disepakati bersama Rencana Implementasi One Library System PT BHMN. Implementasi tahun ke 4 Pertemuan Putaran Kedua UGM, Yogyakarta: 20-21 Agustus 2004 diambil keputusan, di antaranya berikut ini.

- Resolution and the plan ahead: Action plan untuk PerpustakaanPT BHMN.

- Membangun kesepakatan untuk mengadakan kerja sama dalam bentuk Resource Sharing

Tahap I : Menyusun naskah kesepakatan resource sharing antar perpustakaan PT BHMN (September 2004).

Tahap II : Setiap perpustakaan membuat link antar perpustakaan PT BHMN dengan menu "LIBNET" (September 2004).

Tahap III : Resource sharing abstrak penelitian tesis dan disertasi (literatur kelabu) (Oktober 2004).

Tahap IV : Accredited publication resource sharing (Januari 2005).

Tahap V : Langganan database online melalui konsorsium (2005).

4) Kerja sama perpustakaan perguruan tinggi berdasarkan institusional merupakan kerja sama perpustakaan yang berada di bawah institusi yang sama. Bentuk kerja sama ini dapat dibagu menjadi 2 jenis ialah kerja sama institusional per regional dan nasional. Kerja sama antar perpustakaan PTN se Indonesia Barat atau se Indonesia Timur merupakan contoh kerja sama institusional regional.

Untuk kerja sama institusional yang dapat dijadikan contoh ialah:

- Kerja sama antar perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) se Indonesia

Kegiatan jaringan perpustakaan IAIN ialah penataran tenaga pustakawan, lazimnya dilakukan di Jakarta, peningkatan tenaga pustakawan dengan jalan memberi tugas belajar ke Universitas Indonesia untuk program Sarjana Ilmu Perpustakaan, pertukaran daftar buku baru, pembuatan indeks majalah Islam, pertemuan berkala kepala perpustakaan IAIN se Indonesia. Ada juga upaya pembentukan Jaringan Komunikasi dan Informasi Penelitian anatar IAIN se Indonesia dengan tujuan mengumpulkan laporan penelitian dan informasi penelitian yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh staf pengajar IAIN serta pertukaran publikasi penelitian. Jaringan ini belum beroperasi penuh, guna mengaktiffkan jaringan tersebut maka diadakan Lokakarya Jumar, 03 Agustus 2007.

- Kerja sama Perpustakaan APTIK (JPA)

Jaringan kerja sama Perpustakaan APTIK adalah bentuk kerja sama perpustakaan di lingkungan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik di Indonesia. Kerja sama antar Perpustakaan Unika APTIK yang berlangsung sejak tahun 1990. Saat ini terbentuk Jaringan Perpustakaan APTIK (JPA) yang secara rutin mengadakan Rapat Kerja dan Pelatihan Staf setahun sekali.

5) InCU-VL dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi web dari internet. Homepage jaringan perpustakaan maya (http://incuvl.mitra.net.id) ini didesain oleh dan ditempatkan di server di MitraNet (http://www.mitra.net.id) sebagai ISP (Internet Service Provider - Penyedia Jasa Internet) yang memiliki kepedulian khusus di bidang pendidikan. Diawali dengan program penyusunan direktori serta pembinaan sumber daya manusia dari calon perpustakaan peserta pada tahun 1997, beranggotakan perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi kristen di Indonesia.

Fasilitas layanan InCU-VL sesuai dengan peranannya sebagai mediator informasi yang menghubungkan pengguna dengan informasi di manapun informasi berada, InCU-VL dalam tahap ini mencoba untuk menyediakan akses ke sumber-sumber informasi yang dimiliki oleh tiap peserta anggota jaringan baik melalui New Spektra, katalog gabungan melalui web maupun melalui daftar majalah/jurnal. New Spektra sebuah katalog gabungan dari koleksi para perpustakaan anggota jaringan yang dapat diakses melalui web dan digunakan oleh InCU-VL untuk memberikan kemudahan bagi pengguna informasi dalam menelusur keberadaan bahan pustaka atau informasi yang dimilki oleh tiap perpustakaan anggota, kapan saja dan dari mana saja. Pendekatan penelusuran sederhana dari berbagai aspek, seperti pengarang, judul, subjek, bahasa, tahun terbit maupun pendekatan penelusuran kompleks yang merupakan gabungan antara berbagai aspek dari sebuah data bibliografis, sangatlah membantu untuk menemukan keberadaaan data bibliografis dari sumber informasi yang dikehendaki.

6) Kerja sama fungsional melibatkan perpustakaan perguruan tinggi berdasarkan fungsi. Contoh yang ada di Indonesia ialah kerja sama yang dilaksanakan oleh Unit Kerja Koordinasi Perpustakaan, sebuah proyek Direktorak Jenderal Pendidikan Tinggi yang dibiayai oleh Bank Dunia. Salah satu kegiatan UKPP ialah membentuk Pusat Layanan Disiplin Ilmu. Pusyandi memiliki fungsi sebagai berikut.

- Menghimpun koleksi dan sumber utama untuk layanan bibliografi di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi, khususnya untuk disiplin yang menjadi tanggung jawabnya.

- Membina kerja sama antara anggota jaringan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) perpustakaan perguruan tinggi lain dan pusat informasi nasional dan internasional.

 

3. Kerjasama internasional adalah kerjasama antara dua negara atau lebih. Kerjasama inernasional biasanya di setiap negara ditunjuk sebuah perpustakaan besar di negara bersangkutan, sebuah pusat peminjaman internasional untuk mempercepat permintaan peminjaman buku dan pengiriman

a. Sebutkan apa saja yang mempengaruhi kerjasama internasional perpustakaan

Kerja sama internasional ialah kerja sama antara dua negara atau lebih. Kerja sama internasional antara perpustakaan mulai berkembang setelah Perang Dunia II berakhir. Kerja sama internasional perpustakaan merupakan perluasan kerja sama nasional. Kerja sama internasional dipengaruhi oleh:

- Tingkat kerja sama nasional;

- Efisiensi perangkat kerja sama;

- Jenis perpustakaan serta tingkat kemajuannya;

- Seberapa jauh perpustakaan tersebut memenuhi kebutuhan informasi pemakaiannya dari perpustakaan yang berada di negara lain.

b. Sebutkan contoh kerjasama perpustakaan di luar negeri

Contoh kerjasama perpustakaan di luar negeri antara lain:

a) Comecon (Council for Mutual Economic Assistance), artinya kerjasama ekonomi negara Blok Sosialis. Blok ini merupakan bentuk kerjasama ekonomi dari anggota Pakta Warsawa didirikan oleh Stalin (tokoh Uni Soviet) pada tahun 1949. Negara anggota ialah Uni Soviet, Bulgaria, Kuba, Czekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Mongolia, Polandia, Rumania dan Vietnam. Kerjasama yang dilakukan adalah membentuk sistem MEDINFORM yang bertujuan memenuhi kebutuhan informasi kedokteran di kalangan negara sosialis.

b) European Community (Masyarakat Eropa) adalah masyarakat negara Eropa Barat yang diciptakan dengan tujuan mencapai integrasi politik dan ekonomi. Selain itu, masyarakat Eropa bebas bepergian dari satu negara ke negara anggota tanpa perlu visa. Negara anggota ialah Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luxemburg, Nederland, Portugal, Spanyol dan Inggris. Pada dasawarsa 90-an rencana kerjasama Uni Eropa mencakup 4 program ialah:

- Pengembangan bibliografi nasional;

- Pengaitan internasional berbagai sistem perpustakaan;

- Upaya merangsang jasa inovatif menggunakan teknologi informasi yang baru;

- Pengembangan dan produksi produk, jasa dan sarana perpustakaan yang dapat dijual dengan tujuan mencari laba.

c) Prasyarat jaringan kerjasama internasional adalah standarisasi dan penetapan kode huruf atau karakter bagi tulisan selain huruf Latin (transliterasi), seperti huruf Arab, Jepang, Korea dan Cina. Kemunculan berbagai sarana bibliografis internasional seperti OCLS dan RLIN serta sistem otomatisasi perpustakaan internasional, seperti UTLAS di Kanada, telah memberikan kontribusi bagi perluasan standarisasi dan kerjasama internasional. Berbagai perpustakaan nasional dan perpustakaan perguruan tinggi juga telah mengotomatisasikan data bibliografisnya, termasuk juga di negara-negara Asia Timur, mereka mengadopsi standar internasional seperti UNIMARC untuk menghasilkan katalog terbacakan standar mesin yang kompatibel secara internasional.

d) Jaringan informasi internasional ialah meningkatkan infrastruktur jaringan dan sarana telekomunikasi dengan adanya standar pengatalogan MARC yang berbasis ISBD diprakarsai oleh Online Computer Library Center (OCLC). Jaringan akademik yang menghubungkan berbagai perpustakaan dan para peneliti juga telaj berkembang pesar di masa awal dikenal adalah JANET (Joint Academic Network). Untuk meningkatkan kerjasama di jaringan Eropa dibentuk COSINE (Cooperation for Open Studies Interconnection Networking in Europe) yang menyediakan infrastruktur jaringan yang melayani penelitian dan pengembangan ilmiah dan komersial.

e) Jaringan informasi regional yaitu IFLA merupakan lembaga yang memelopiri standar-standar umum bagi perpustakaan dunia yan meliputi deskprisi bibliografi, pinjam antar perpustakaan, pengatalogan yang terbaca mesin (MARC), gedung perpustakaan,  dan sebagainya. Kerjasama perpustakaan di wilayah Asia Tenggara diawal dengan dibentuknya CONSAL (Congress of Southeast Asian Librarians) pada tahun 1970. Kegiatan untuk meningkatkan kerjasama di bidang kepustakawan, bibliografi, dokumentasi dan kegiatan-kegiatan yang terkait lainnya.   

 

4. Melaksanakan kerjasama perpustakaan diperlukan sarana penunjang untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dalam kerjasama tersebut. Tetapi dalam melaksanakan kerjasama perpustakaan tidaklah mudah, akan ditemui kendala-kendala dalam melaksanakan kerjasama perpustakaan.

a. Sebutkan sarana bantu kerjasama perpustakaan

Dalam melaksanakan kerja sama diperlukan alat-alat penunjang yaitu berbagai macam sarana bantu kerja sama perpustakaan yang untuk pembuatannya dapat juga dilakukan melalui kerja sama antara lain:

1) Katalog

Katalog adalah salah satu wakil dokumen yang berfungsi sebagai sarana temu kembali yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog ini berisi deskripsi bibliografi yang menunjukkan ciri fisik koleksi yang dimiliki. Katalog yang dimaksudkan adalah katalog perpustakaan yang berbentuk kartu. Katalog ini biasanya dibuat setelah proses menentukan klasifikasi, penentuan tajuk subjek, dan deskripsi bibliografi. Kartu katalog menurut jenisnya ada lima macam, yaitu kartu katalog pengarang, judul, subyek, shelflist dan kartu katalog subyek klasifikasi. Untuk setiap buku setidaknya memiliki empat jenis, yaitu katalog pengarang, judul, subjek dan shelflist (Sumardji: 1978, 41).

2) Bibliografi

Istilah bibliografi berasal dari kata Yunani "biblion", yang artinya buku dan "graphein", artinya menulis (Suwarno, 2010). Jadi secara etimologis operasional berarti penulisan buku. Pengertian yang dimaksud dalam operasional perpustakaan adalah teknih sistematik untuk membuat daftar deskriptif cantuman tertulis atau yang diterbitkan maka bibliografi merupakan daftar bahan pustaka yang lengkap dengan tidak memberikan komentar kritis (Sulistyo Basuki: 1991, 421).

3) Katalog Induk

Katalog merupakan daftar dari koleksi perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah loleksi apa yang dimiliki oleh perpustakaan dan dimana koleksi tersebuut dapat ditemukan. Tujuan pembangunan KIN adalah agar masyarakat dapat menemukan data bahan perpustakaan yang diperlukannya, sekaligus mengetahui lokasi bahan perpustakaan tersebut.

Katalog induk adalah katalog terdiri atas 2 perpustakaan atau lebih. Untuk katalog induk buku dikenal istilah union catalogue. Katalog induk digunakan sebagai sarana mengetahui bahan perpustakaan untuk pinjam antar perpustakaan. Jadi pada katalog induk selalu ada lokasi yang menunjukkan dimana buku tersebut. Secara singkat katalog induk merupakan usaha mencatat dalam satu urutan koleksi dua perpustakaan atau lebih. Idealnya katalog induk harus tetap mutakhir, koleksinya luas dalam arti dapat mencakup perpustakaan sebanyak mungkin.

4) Katalog Induk Majalah

Katalog induk majalah adalah katalog majalah terdiri atas 2 perpustakaan atau lebih. Dalam bahasa Inggris disebut union list of periodicals atau union list of serials populer dengan singkatan "union list". Bila katalog induk buku disusun menurut abjad pengarang maka katalog induk majalah disusun menurut abjad judul majalah. Sama halnya dengan katalog induk maka cakupan katalog induk majalah harus sekomprehensif mungkin mencakup perpustakaan sebanyak mungkin. Adanya katalog induk memungkinkan perpustakaan mengetahui dengan cepat lokasi buku atau majalah sehingga dapat mencegah duplikasi buku atau majalah.

5) Indeks

Indeks memiliki berbagai makna, dalam modul ini indeks yang dimaksud adalah indeks majalah,artinya panduan isi majalah yang disusun secara sistematis. Mungkin definisi itu terlalu sulit sehingga perlu dijelaskan lebih lanjut. Majalah yang dilanggan perpustakaan setelah mencapai waktu tertentu, misalnya setahun, dijilid. Kemudian, ada seorang pemakai menanyakan kepada saudara bahwa orang itu ingin membaca artikel yang ditulis oleh seorang pengarang dimuat di majalah, misalnya Manager. Saudara dapat merespons keinginan itu, tentu dengan jembali bertanya "Apakah masih ingat tahun dan subjeknya?".

6) Abstrak

Abstrak adalah rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat singkat atau dengan kata lain penyajian atau gambaran ringkas yang benar, tepat, dan jelas mengenai isi suatu dokumen. Abstrak merupakan suatu ringkasan yanglengkap dan menjelaskan keseluruhan isi artikel ilmiah. Abstrak ditempatkan pada bagian awal artikel ilmiah. Penulisan abstrak yang baik perlu dipertimbangkan mengingat bagian ini merupakan bagan artikel yang dibaca setelah judul. Sangatlah beralasan, dibaca tidaknya suatu artikel ilmiah tergantung pada kesan yang diperoleh pembaca saat membaca abstraknya.

b. Sebutkan kendala yang dihadapi oleh perpustakaan saat ingin membangun suatu jaringan kerjasama

1) Bahasa

Kerja sama antara dua perpustakaan sama jenis, misalnya perpustakaan kimia dengan perpustakaan kimia lebih mudah daripada kerja sama antara 2 jenis perpustakaan misalnya perpustakaan sekolah dengan perpustakaan khusus. Bila kerja sama dilakukan dalam bahasa yang dipahami masing-masing peserta maka tidak akan timbul masalah. Namun, kalau dilakukan dalam bahasa yang berlainan, misalnya perpustakaan yang menggunakan bahasa Arab dengan perpustakaan berbahasa Spanyol maka pasti akan timbul kesulitan bahasa.

2) Biaya

Banyak perpustakaan belum menyediakan dana yang cukup untuk kerja sama, misalnya dana untuk penelusuran, pengiriman buku dan pengembalian buku yang dipinjam, fasilitas fotokopi. Di beberapa negara, biaya pengiriman buku tidak memperoleh keringanan sehingga dalam kerja sama antar perpustakaan perlu biaya besar untuk pengiriman dan pengembalian buku. Dana yang terbatas dan tidak menentu menjadi suatu masalah yang utama di antara banyak perpustakaan, terutama di Indonesia sehingga perpustakaan tak dapat mengembangkan program lembaga induknya. Dengan meyakinkan pimpinan lembaga induk untuk dapat diikutsertakan dalam penyusunan anggaran, diharapkan perpustakaan dapat memperoleh jaminan adanya dana yang cukup untuk pengembangan perpustakaannya.

3) Sikap perpustakaan

Hal yang biasanya terjadi adalah keengganan perpustakaan besaruntuk bekerja sama dengan alasan ketidakseimbangan antara memberi dan menerima. Perpustakaan besar tidak berkenan bekerja sama dengan perpustakaan yang lebih kecil sering kali karena menganggap perpustakaan besar akan lebih banyak memberikan kemanfaatan kepada perpustakaan kecil, jika dibanding manfaat yang diterimanya dari perpustakaan kecil.

Belum lagi karena kendala koleksi yang tumpang tindih. Artinya, bahwa perpustakaan A memiliki koleksi yang sama dengan perpustakaan B sehingga tidak ada peluang untuk bekerja sama dalam hal pemanfaatan koleksi.

4) Geografi

Faktor geografi juga merupakan kendala kerja sama lebih-lebih untuk daerah yang luas. Suatu daerah di Amerika Serikat dengan daerah lainnya (ambil contoh San Fransisco) yang letaknya di ujung barat sampai dengan pertengahan New York dan Kepulauan Bermuda areanya cukup luas sekali sehingga kerja sama berlingkup nasional menghadapi kendali geografi. Oleh karena itu, sulit sekali bila sebuah perpustakaan umum di kota Nabire di Papua akan bekerja sama penyediaan fasilitas dengan rekannya sesama perpustakaan umum di daerah Tapaktuan di Aceh Tenggara.

5) Politik

Faktor politik juga masih merupakan kendala kerja sama internasional. Bagi negara yang masih dilanda kekacauan politik seringkali sulit diajak kerja sama karena negara lain takut kalau terjadi perubahan politik akan menghambat kerja sama misalnya buku tidak dikembalikan atau permintaan fotokopi tidak dilayani. Di segi ini, seringkali kerja sama perpustakaan melintasi batas politik sehingga terjadi kerja sama antara negara Eropa dengan rekan pustakawan di negara blok Timur.

6) Lemahnya sarana dan prasarana

Salah satu kelemahan dalam perpustakaan adalah kurang tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang kelancaran komunikasi di antara anggota peserta kerja sama. Dianjurkan tiap perpustakaan anggota kerja sama dapat meyakinkan pimpinan lembaga induk masing-masing untuk secara bertahap melengkapi perpustakaan dengan sarana komunikasi, seperti telepon, komputer, facsimile, mesin fotocopy, modem, dan sebagainyya. Bila belum ada, untuk sementara waktu, perpustakaan dapat mencari jalan untuk ikut menggunakan fasilitas dari unit yang memiliki.

7) Lemah koleksi

Data yang terbatas dari perpustakaan, membuat perpustakaan tak dapat membangun koleksi yang memadai. Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini adalah dengan jalan menggalakkan sumbangan alumni, atau mendesak pimpinan lembaga induk untuk mengeluarkan peraturan wajib simpan karrya cetak di lingkungan sendiri. Lalu, secara bertahap perpustakaan dapat meyakinkan pimpinan untuk, paling tidak menyediakan anggaran untuk dapat memenuhi kebutuhan koleksi pustaka inti dari lembaga yang bersangkutan.

8) Lemah ketenagaan

Kurangnya tenaga profesional baik dalam keahllian maupun sikap mental dapat menghambat jalannya kerja sama. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya program-program pembinaan kualitas tenaga perpustakaan melalui pengiriman tenaga untuk mengikuti pendidikan formal, magang, studi banding, pertemuan-pertemuan ilmiah, dan sebagainya.

9) Kurang dipahaminya manfaat kerja sama

Banyak perpustakaan meupun lembaga induk yang kurang menyadari manfaat kerja sama sehingga kurang memberikan dukungan dalam pelaksanaan kerja sama. Menjadi kewajiban pustakawan untuk dapat memberikan informasi dan menunjukkan keuntungan dari kerja sama sehingga dapat memperoleh dukungan dari pimpinan.

10) Kurang adanya informasi antara perpustakaan

Walaupun perpustakaan adalah lembaga yang bergerak di bidang informasi, justru sering kali pertukaran informasi jarang terlaksana sehingga masing-masing perpustakaan tidak mengetahui keadaan dan perkembangan perpustakaan lain sehingga kurang dapat memanfaatkan potensi dari perpustakaan-perpustakaan lain. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya pertemuan-pertemuan berkala secara rutin agar dapat membina hubungan serta berbagi pengalaman dan informasi. Penerbitan publikasi resmi, seperti majalah, buletin, daftar perolehan pustaka baru, katalog induk pustaka, baik yang diterbitkan secara bersama maupun diterbitkan dan disebarkan oleh masing-masing perpustakaan juga dapat membantu meningkatkan komunikasi dan pertukaran informasi antar perpustakaan.

11) Kurang adanya sinkronisasi peraturan/sistem

Kecenderungan perpustakaan untuk membuat peraturan-peraturan serta sistem sendiri dalam pengelolaan perpustakaan, sering menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja sama. Untuk itu, perlu diadakan usaha-usaha sinkronisasi, baik melalui pertemuan-pertemuan ilmiah secara rutin maupun pembuatan pedoman standardisasi agar dapat diikuti oleh masing-masing peserta kerja sama.

Sumber: Modul BMP PUST4316

Tugas 3 Analisis Sistem Informasi 

1. Sebutkan elemen dari sistem telekomunikasi! 

Komunikasi adalah proses dinamis yang dimulai dengan konsep gagasan oleh pengirim (Sender) yang ditransmisikan dalam bentuk simbolis (encoding) baik bentuk verbal maupun non-verbal melalui saluran komunikasi (communication channel) ke penerima informasi (receiver). Informasi yang diterima tersebut harus diinterpretasi atau pengartian ulang (decoding) lagi sehingga dapat dipahami oleh si penerima informasi. Selanjutnya, Penerima informasi tersebut dapat memberikan umpan balik atau feedback dalam bentuk pesan atau sinyal dalam jangka waktu tertentu untuk memastikan penerima benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh pengirim. 

Dari Proses Komunikasi yang dijelaskan diatas, terdapat 7 elemen penting dalam suatu proses komunikasi yaitu :

  • Pengirim informasi (Sender),
  • Simbol/Isyarat (Encoding),
  • Saluran (Channel), 
  • Mengartikan Simbol/Isyarat (Decoding),
  • Penerima (Receiver),
  • Umpan Balik (Feedback) dan
  • Pesan (Message) itu sendiri. 

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai ketujuh elemen dalam proses komunikasi ini. 

Pengirim (Sender) 

Pengirim (Sender) atau disebut dengan Komunikator adalah individu, kelompok atau organisasi yang memulai komunikasi yang telah mengkonseptualisasikan gagasan yang ingin disampaikan ke pihak lain. Pengirim ini merupakan pihak pertama yang bertanggung jawab atas keberhasilan penyampaian informasi. Pengalaman, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi dan budaya pengirim akan mempengaruhi informasi atau pesan yang akan dikirimkan. Menurut Burnett dan Dollar (1989), “Kata-kata tertulis, kata-kata yang diucapkan dan bahasa non-verbal yang dipilih adalah hal terpenting dalam memastikan penerima menafsirkan pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim”. Contohnya seorang manajer ingin menginformasikan ke bawahannya mengenai pengenalan produk baru, maka manajer tersebut dapat dikatakan sebagai Pengirim atau Sender. 

Pesan (Message) 

Yang dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi ini adalah ide, perasaaan, pedoman, instruksi, perintah atau konten apapun yang dimaksudkan untuk dikomunikasikan. Contohnya seperti pesan untuk pengenalan produk, pesan instruksi yang harus dilakukan oleh bawahan dan  lain sebagainya. 

Konversi Pesan ke bentuk Simbolis (Encoding) 

Proses ini merupakan proses mengubah ide, pemikiran atau komponen pesan/informasi lainnya yang akan dikomunikasikan tersebut menjadi simbol, kata-kata, tindakan, diagram, gerakan tubuh, gambar dan lain-lainnya. Simbolis-simbolis yang digunakan ini harus dapat dipahami oleh penerima informasi. Pengetahuan, persepsi, keterampilan, latar belakang dan kompetensi pengirim informasi memiliki dampak yang sangat besar terhadap keberhasilan penyampaian pesan atau informasi ini. 

Saluran Komunikasi (Communication Channel) 

Pengirim memilih saluran atau media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pemilihan media ini harus dilakukan dengan hati-hati agar pesan atau informasi yang akan disampaikannya ini secara efektif dapat ditafsirkan dengan benar oleh penerima. Pilihan media atau saluran komunikasi ini tergantung pada hubungan interpersonal antara pengirim dan penerima dan juga urgensi pesan yang akan dikirim. Berbagai bentuk media atau saluran komunikasi yang dapat digunakan diantaranya seperti tatap muka, surat, televisi, telepon, email dan lain-lainnya. 

Pengartian ulang Simbolis (Decoding) 

Di proses decoding ini, penerima menafsirkan pesan pengirim dan mencoba memahaminya  sebaik mungkin. Komunikasi yang efektif hanya terjadi jika penerima memahami sama persis apa yang dimaksudkan oleh pengirim. 

Penerima (Receiver) 

Receiver atau Penerima adalah orang yang ditargetkan untuk pesan atau informasi tersebut. Penerima informasi harus mencoba sebaik mungkin untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim informasi sehingga tujuan komunikasi tercapai. Sejauh mana pemahaman penerima informasi ini tergantung pada subyek, pengalaman, pengetahuan, kepercayaan dan hubunganya dengan pengirim. 

Umpan Balik (Feedback) 

Umpan balik atau feedback adalah langkah terakhir dari proses komunikasi untuk memastikan penerima telah menerima pesan dan telah menafsirkannya dengan benar sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim. Feedback ini akan meningkatkan efektivitas komunikasi karena memungkinkan pengirim untuk mengetahui keefektifan pesannya. Tanggapan dari penerima dapat berupa verbal maupun non-verbal.  

2. Apa saja media pengirim dan penerima data? 

Media transmisi adalah media yang menghubungkan antara pengirim dan penerima informasi (data), karena jarak yang jauh, maka data terlebih dahulu diubah menjadi kode/isyarat, dan isyarat inilah yang akan dimanipulasi dengan berbagai macam cara untuk diubah kembali menjadi data. 

Pada mulanya media pengiriman dan penerima data hanya terdiri dari personal komputer (PC) yang memiliki modem dan tersambung ke jaringan telepon. Namun saat ini media yang digunakan sudah berkembang pesat. Seseorang dapat mengirimkan pesan langsung melalui telepon genggam atau PDA (Personal Data Assistant) yang dilayani oleh penyedia jaringan (service provider) atau langsung ke jaringan satelit, atau menggunakan laptop yang dilengkapi oleh modem dan fasilitas wifi yang dapat langsung berhubungan dengan jaringan internet. 

Secara garis besar, Media-media Transmisi dapat dibagi menjadi 2 jenis utama yaitu Wired atau Guided Media dan Wireless atau Unguided Media.  

1) Media yang dituntun (Guided Media atau Wired) 

Media yang dituntun atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Guided Media adalah jenis media yang memiliki bentuk fisik seperti Kabel pasangan berpilin (twisted pair), kabel serat optik (Fiber optic cable) dan kabel coaksial (coaxial cable). Setiap media transmisi memiliki karakteristiknya tersendiri seperti kecepatan transmisi, efek suara, biaya dan penampilan fisiknya. Dikatakan sebagai Guided Media karena Sinyal listrik atau gelombang-gelombang dituntun transmisinya melewati media fisik. Ada juga yang menyebutkan Guided Media sebagai Wired atau Bound transmission media

a. Kabel pasangan berpilin (Twisted pair cable)

Twisted pair Cable pada dasarnya merupakan sepasang kabel tembaga yang diputar bersama-sama berbentuk spiral dan dibungkus dengan lapisan plastik. Twisted Pair Cable ini pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Kabel UTP (unshielded Twisted Pair) dan STP (Shielded Twisted Pair). Diameter Twisted Pair sekitar 0,4mm hingga 0,8mm.

b. Kabel Koaksial (Coaxial Cable) 

Kabel Koaksial (Coaxial Cable) adalah kabel dua konduktor yang mana satu konduktor berada di rongga luar mengelilingi satu konduktor tunggal yang dipisahkan oleh bahan Isolator. Kabel jenis ini memiliki impedansi transmisi yang konstan serta tidak menghasilkan medan magnet sehingga cocok untuk mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi.

c. Kabel Serat Optik (Fiber Optic Cable)

Kabel Serat Optik atau Fiber Optic Cable adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari serat kaca atau plastik halus yang dapat mentransmisikan sinyal cahaya dari satu tempat ke tempat lainnya. Sumber cahayanya dapat berupa sinar Laser ataupun sinar LED. Diameter kabel serat optik sekitar 120 mikrometer.

2) Media yang tidak dituntun (Unguided Media atau Wireless)

Media yang tidak dituntun atau Unguided Media adalah media yang menggunakan sistem gelombang elektromagnetik dalam mentransmisikan informasi dari pengirim ke penerima tanpa ada perangkat fisik yang menuntunnya. Unguided Media ini lebih dikenal dengan istilah Wireless yaitu media transmisi tanpa kabel. Media yang tidak dituntun atau Unguided Media ini diantaranya adalah Frekuensi Radio, Gelombang Mikro (Microwave), Inframerah dan Satelit. Unguided Media ini juga disebut dengan Unbounded Transmission Media.

a. Frekuensi Radio (Radio Frequency)

Frekuensi Radio adalah media transmisi yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan kisaran frekuensi diantara 3kHz hingga 300Ghz. Frekuensi Radio pada umumnya menggunakan antena untuk menyebarkan gelombang elektromagnetiknya. Media Transmisi Frekuensi Radio banyak diaplikasikan di Televisi, Radio FM.

b. Gelombang Mikro (Microwave)

Gelombang Mikro atau Microwave adalah Media Transmisi yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super tinggi (Super High Frequency) yaitu frekuensi yang berada di kisaran 3GHz hingga 30GHz dengan panjang gelombang sekitar 1mm hingga 1m untuk mentransmisikan sinyal dari pengirim ke penerima.

c. Infra Merah (Infrared)

Infra Merah atau Infrared adalah media transmisi yang menggunakan radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang lebih panjang dari cahaya tampak tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Inframerah biasanya digunakan pada komunikasi jarak dekat seperti remote control pada televisi maupun perangkatn elektronika lainnya.

d. Satelit

Satelit adalah jenis Media Transmisi yang menggunakan Satelit sebagai penerima sinyal dari stasiun bumi dan memancarnya ke stasiun bumi lainnya. Satelit pada umumnya mengorbit di pada ketinggian 36.000km dari permukaan bumi. Setiap satelit yang mengorbit akan beroperasi pada sejumlah band frekuensi yang disebut dengan channel transponder. Media Transmisi ini sering digunakan untuk Siaran Televisi, Telepon Jarak Jauh dan Jaringan Bisnis Privat (Private Business Network).

3. Bagaimana cara kerja pengiriman data melalui jaringan internet?

Cara kerja pengiriman data melalui jaringan internet

Network 

Network atau jaringan komunikasi adalah sebuah sistem jaringan yang dibangun oleh perusahaan telekomunikasi, baik nasional maupun internasional. Jaringan ini berbentuk seperti laba-laba (web) di mana satu saluran berhubungan dengan banyak jaringan tanpa terputus. Jaringan ini tersalur melalui jaringan kabel, serat optik, saluran udara sampai satelit ini dapat disewa seperti pengiriman pada umumnya. Perusahaan yang menyewakannya berada di bawah lisensi dari perusahaan telekmunikasi (di Indonesia adalah TELKOM dan INDOSAT).

Web Server

  • Ketika seseorang mengirimkan data melalui jaringan internet, data tidak selalu harus langsung diterima oleh pihak yang dituju, tetapi dapat dititipkan ke sebuah tempat khusus yang disebut web server, yaitu sebuah pusat jaringan yang memberikan layanan penitipan data. Bentuk data ini bisa berbagai bentuk, dari huruf, angka, gambar, foto, gambar bergerak dan suara. Ketika data ini diminta, web sever mencarikan data yang dimaksud. Pembantu pencarian tempat penyimpanan yang sangat populer adalah Yahoo dan Google. Web server ini tidak hanya menyimpan tetapi juga membantu mencari peminta data ke alamat web server lain (melalui search engine) yang diketahui memiliki data yang dibutuhkan. Web server juga menyimpan data yang dititipkan dalam sebuah database.

Sumber: Modul BMP SKOM4437

Selasa, 26 September 2017


Layanan Sirkulasi dan Otomasi

Pada inisiasi 5 ada diskusi mengenai Layanan Sirkulasi di Perpustakaan. Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan melayangkan koleksi perpustakaan kepada para pemakai atau pengguna perpustakaan. 

Layanan sirkulasi mempunyai tugas, yaitu : 

  • Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan. 
  • Melayani pendaftaran anggota, perpanjangan keanggotaan dan pengunduran diri anggota perpustakaan (bebas pustaka). 
  • Melayani meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu peminjaman. Menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan. 
  • Petugas membuat kwitansi penerimaan uang denda apabila ada pengguna yang kena denda. Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan pada waktunya. 
  • Berkaitan dengan peminjaman buku khususnya buku hilang atau rusak. 
  • Bertanggung jawab atas segala berkas peminjam, seperti berkas anggota, berkas peminjaman, uang keterlambatan, uang buku yang hilang dan rusak, buku yang hilang, bertanggung jawab atas buku tamu dan daftar kunjungan. 
  • Membuat statistik peminjaman yang gunanya unuk mengetahui setiap harinya, anggota baru, anggota yang mengundurkan diri (bebas pustaka). 
  • Jumlah buku yang dipinjam dikelompokkan berdsarkan kepentingan perpustakaan tersebut.
  • Melakukan peminjaman antar perpustakaan. 
  • Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel milik pengunjung perpustakaan. 
  • Mengembalikan buku yang telah dibaca ke dalam rak (shelving). 


Mengapa perpustakaan perlu di otomasi ? 

  1. Tuntutan terhadap jumlah dan mutu layanan perpustakaan Jika dahulu pemakai perpustakaan sudah puas dengan layanan baca di tempat dan peminjaman buku. Pemakai perpustakaan sekarang ini sudah menuntut pelayanan jenis-jenis lain, seperti layanan informasi terbaru (current awereness services), layanan informasi terseleksi (selective disemination of information), layanan penelusuran secara online, layanan penelusuran dengan CD-ROM. Untuk itu pustakawan dituntut untuk dapat membantu memperoleh artikel atau informasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan.
  2. Tuntutan terhadap penggunaan koleksi secara bersama (resource sharing) Penggunaan bersama koleksi perpustakaan sangat membantu dalam memberikan pelayanan terutama bagi perpustakaan-perpustakaan kecil yang koleksinya sangat sedikit atau lemah. Maka dari itu dibutuhkan kerja sama dan peran serta perpustakaan lain dalam memberikan informasi, karena perpustakaan tidak bisa memenuhi koleksi sendiri dan membutuhkan koleksi perpustakaan lain. 
  3. Kebutuhan untuk mengefektifkan sumber daya manusia (SDM) Untuk mempertahankan mutu pelayanan perpustakaan yang SDM semakin berkurang maka kita dapat mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi. Perlunya efisiensi tenaga SDM seperti ini maka perpustakaan dapat memikirkan dan mengalokasikan tenaga untuk menyelenggarakan layanan-layanan lain yang dapat diberikan kepada pemakai perpustakaan. 
  4. Tuntutan terhadap efisiensi waktu Pemakai masa kini membutuhkan layanan yang tidak memakan waktu lama dan ingin instan. Layanan demikian dapat dipenuhi dengan menggunakan bantuan teknologi komputer. Caranya adalah dengan pemakai mengirim permintaan melalui e-mail dan saat itu pula diterima oleh perpustakaan. Lalu kemudian petugas perpustakaan melakukan akses ke pangkalan data atau informasi yang ada di komputer. Jawaban yang diperoleh beberapa saat kemudian dikirim kembali kepada si penanya dengan waktu relatif singkat. 
  5. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi Pemakai juga membutuhkan ketepatan informasi yang di dapat dari perpustakaan atas pertanyaan yang spesifik menggunakan bantuan komputer dan dijawab dengan secara spesifik juga. 
  6. Keragaman informasi yang di kelola Perpustakaan tidak hanya memiliki informasi mengenai buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi seperti audio visual, multimedia, bahan mikro, media optik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dikelola informasi yang sagat beragam menggunakan bantuan komputer. 


Kelebihan layanan sirkulasi yang sudah terotomasi 

  • Memudahkan integrasi berbagai kegiatan perpustakaan 
  • Memudahkan kerjasama dan pembentukan jaringan perpustakaan 
  • Membantu menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan 
  • Menghilangkan pekerjaan yang bersifat (repetitif) dan karenanya tidak menarik dann membosankan 
  • Membantu perpustakaan memperluas jasa perpustakaan 
  • Menimbulkan berbagai peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan 
  • Dapat menghemat dan malahan menjadi menghasilkan uang 
  • Meningkatkan efisiensi 


Kekurangan layanan sirkulasi yang sudah terotomasi yaitu dalam penerapannya di Indonesia menyangkut biaya, ketersediaan prasarana, seperti jaringan telekomunikasi, sikap pimpinan yang kurang menyadari keberadaan atau pengadaan komputer bagi perpustakaan serta adanya kurang memahami teknologi otomasi tersebut. Demikian penjelesan singkat mengenai Pelayanan Sirkulasi dan sistem otomasi pada perpustakaan. Terima Kasih

Minggu, 18 Maret 2012

Unsur Kebudayaan Suku-Suku di Indonesia

SUKU TALANG MAMAK (RIAU)

1. Sistem Religi
Sebagian besar warga Suku Talang Mamak di Desa Talang Gedabu beragama Islam. Mereka menyebut dirinya Islam Langkah Lama, dimana mereka percaya pada roh-roh leluhurnya. Adat istiadat masih dipegang kuat oleh suku Talang Mamak tersebut, terutama terkait dengan upacara daur hidup (kelahiran, pernikahan dan kematian).

2. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Pada masyarakat suku Talang Mamak dikenal adanya struktur kepemimpinan, pemimpin tertinggi adalah Patih (Istilah patih hanya ada pada suku Talang Mamak Durian Cacar, di komunitas lainnya namanya Batin). Patih/Batin ini merupakan penguasa wilayah (semacam bupati dalam pemerintahan kita) Dalam keseharian Patih mendapatkan tempat tertinggi dan sangat dihormati dan mempunyai kewenangan dalam memutuskan suatu masalah. Dibawah patih ada yang disebut Manti, hampir sama dengan patih hanya kekuasaannya lebih kecil. Selain itu dikenal juga Kumanti, Mangku, Kumantan, dan Dukun. Suku Talang Mamak punya peraturan yang ketat dan denda yang harus dibayar ketiga ada seseorang warga yang melakukan kesalahan atau pelanggaran misalnya pencurian (buah, ayam) dan sebagainya. Penyelesaian kasus pencurian biasanya dilakukan secara kekeluargaan, dimana pelaku meminta maaf kepada orang yang barangnya dicuri, akan tetapi apabila yang dicuri tidak terima, maka bisa naik banding ke tingkat yang lebih atas. Ketika naik banding inilah semua keputusan ada di tangan Batin, orang yang dianggap salah mendapatkan sangsi/denda tergantung tingkat kesalahannya. Istilah denda atau hukuman yang biasa digunakan adalah denda 1 (satu) tail, 2 (dua) tail, dan 3 (tiga) tail dan yang paling tinggi adalah 7 tail. Denda yang paling tinggi adalah 7 tail (denda ini tidak mungkin dipenuhi oleh orang Talang, karena banyaknya syarat yang harus dipenuhi). Pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat Talang Mamak diselesaikan dan diputuskan oleh pimpinan adat (Patih/Batin).

3. Bahasa
Bahasa Talang Mamak (serta Bahasa Sakai) termasuk dialek Bahasa Kerinci. Bahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi harian adalah melayu talang atau melayu tinggi, tidak ada tingkatan bahasa pada komunitas ini. Bahasa ini ada sedikit perbedaan dengan bahasa melayu pada umumnya. Ada beberapa istilah dan sebutan yang berbeda, yang kadang orang melayu sendiri tidak tahu artinya.

4. Sistem Pengetahuan
Penduduk yang tinggal di Dusun Kerampal adalah masyarakat dari Suku Talang Mamak, mereka masih sangat tergantung pada tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, khususnya bahan obat.

5. Kesenian
Kesenian yang ada pada suku Talang Mamak ini diantaranya adalah berdendang dan bernyanyi, nyanyian dinyanyikan bersama-sama dan sangat tergantung pada situasi (sedih, riang, senang) biasanya disampaikan dalam bentuk pantun. Di tempat lain ada juga tarian Rentak Bulian yang biasa dilakukan secara bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan, tetapi tarian ini bukan asli masyarakat talang merupakan tari kresasi. Tarian ini dilakukan ketika ada pesta bagawai (pesta pernikahan) dan dalam rangka pengobatan. Selain itu kesenian di atas, ada juga kesenian pencak silat yang menandai mulai dan mengakhiri kegiatan ritual yang diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang.

6. Mata Pencaharian
Pola kehidupan masyarakat Suku Talang Mamak sangatlah sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat Talang Mamak hanya memanfaatkan apa yangdihasilkan di pekarangan rumah dan ladang, serta melakukan perburuan dan penangkapan ikan disungai. Hasil dari berladang, berburu dan menangkap ikan akan dikonsumsi sendiri, sedangkan hasil menakik (menyadap) karet akan dijual melalui seorang perantara untuk dibawa ke produsen yang lebih besar.Kegiatan bertani dilakukan dengan sistem ladang berpindah. dimana mereka masih mempercayakan kekuatan gaib yang kuat dan berpengaruh pada pola perpindahan dan pembukaan ladang serta penentuan hari bercocok tanam.



7. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Dalam kehidupan keseharian suku Talang Mamak sudah mengenal teknologi dalam bentuk yang sederhana terutama yang dipergunakan untuk mengolah pertanian, perkebunan, ladang dan memasak. Dalam mengolah pertanian menggunakan cangkul, beliung (sejenis kampak kecil yang lentur), parang dan pisau (semua berbahan dasar besi). Alat untuk memasak menggunakan kuali, sendok nasi yang terbuat dari kayu dan ujungnya menggunakan batok kelapa. Untuk makan kebanyakan masih menggunakan tangan, walaupun ada juga yang sudah menggunakan sendok. Selain gelas yang digunakan untuk minum, masih banyak yang menggunakan kulit labu air. Masyarakat Talang Mamak pada umumnya bisa menerima pembaharuan dalam penggunaan alat-alat teknologi modern, baik alat rumah tangga, alat telekomunikasi dan trasportasi.


SUKU ALAS (Nanggroe Aceh Darussalam)

1. Sistem Religi
Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada juga yang mempercayai praktek perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara-upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama. Selain itu penduduk beragama Kristen hanya 0,006 %.

2. Bahasa
Bahasa Alas mirip dengan bahasa Batak (Karo, Tapanuli, dan Pakpak).

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
a. Sistem Kekerabatan
Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.

b. Organisasi Sosial
Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge. Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama.

4. Kesenian
1. Tari Mesekat
2. Pelabat
3. Landok Alun
4. Vokal Suku Alas
5. Canang Situ
6. Canang Buluh
7. Genggong
8. Oloi-olio
9. Keketuk layakh

5. Mata Pencaharian
Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.

6. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Adapun kerajinan tradisional dari Suku Alas seperti :
1.Nemet (mengayam daun rumbia)
2. Mbayu amak (tikar pandan)
3. Bordir pakaian adat
4. Pande besi (pisau bekhemu)

Makanan Tradisonal
Adapun makanan tradisional dari suku alas adalah :
1. Manuk labakh
2. Ikan labakh
3. Puket Megaukh
4. Lepat bekhas
5. Gelame
6. Puket Megaluh
7. Buah Khum-khum
8. Ikan pacik kule
9. Teukh Mandi
10. Puket mekuah
11. Tumpi


7. Ilmu Pengetahuan
Masyarakat suku Alas memiliki kelebihan dalam hal memancing ikan, walaupun wilayah mereka tidak terdapat laut tapi sungai-sungai di wilayah mereka banyak menghasilkan ikan. Mereka menggunakan alat pancing tangkap ikan untuk memancing ikan.


SUKU ANEUK JAMEE (Nanggroe Aceh Darussalam)

A. Sistem Religi
Hampir sebagian penduduk suku Aneuk Jamee beragama Islam hal ini karena proses asimilasi tersebut dipermudah oleh kepercayaan Islam yang umum.

B. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Kemasyarakatan
1. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara budaya Minangkabaudan Aceh. Garis keturunan diperhitungkan berdasarkan prinsip bilateral, sedangkan adat menetap sesudah nikah adalah uxorilikal (tinggal dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihak ayah mempunyai kedudukan yang kuat dalam hal pewarisan dan perwalian, sedangkan ninik mamak berasal dari kerabat pihak ibu. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut rumah tangga. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama adalah mengasuh anak dan mengatur rumah tangga.

2. Organisasi Kemasyarakatan
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

C. Bahasa
Bahasa Jamee adalah gabungan antara bahasa minang dan bahasa aceh. Itu tidak salah, namun sebenarnya yang terjadi adalah tutur bahasa minang yang asli ( bahasa orang paderi) itu sudah banyak dipengaruhi oleh bahasa aceh lalu memunculkan kosa kata yang baru dan dialek yang baru yang disebut dengan bahasa aneuk jamee. Kata aneuk jamee (anak pendatang) itu menjadi tanda bahwa mereka telah diterima dalam lingkungan masyarakat asli aceh dan dengan tercantumnya kata “aneuk” diawal nama suku tersebut menandakan bahwa suku aneuk jamee telah menjadi bagian dari masyarakat aceh.

D. Sistem Pengetahuan
Masyarakat Suku Aneuk Jamee umumnya mengetahui juga kegunaan jenis-jenis binatang untuk dijadikan bahan obat-obatan. Jenis-jenis biantang yang dapat dijadikan obat-obatan tersebut adalah seperti baneng glee (sejenis penyu) dimakan dagingnya untuk obat gatal-gatal dan reumatik. Biantang kurungkhong (sejenis kepiting) dan labah-labah air dapat dijadikan obat batuk asma. Tulang badak serta sumbunya dapat dijadikan obat berbisa. Katak hiaju dapat dijadikan obat digigit ular. Jeureumen manok (lembing ayam dapat dijadikan oabt digigit lipan atau kala).

E. Kesenian
Bentuk-bentuk kesenian Aneuk Jamee berasal dari dua budaya yang berasimilasi.. Orang Aneuk Jamee mengenal kesenian seudati, dabus (dabuih), dan ratoh yang memadukan unsur tari, musik, dan seni suara. Selain itu dikenal kaba, yaitu seni bercerita tentang seorang tokoh yangdibumbui dengan dongeng.

F. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian utama orang Aneuk Jamee adalah bersawah, berkebun, dan berladang, serta mencari ikan bagi penduduk yang tinggal di daerah pantai.Di samping itu ada yangmelakukan kegiatan berdagang secara tetap (baniago), salah satunya dengan cara menjajakan barang dagangan dari kampung ke kampung (penggaleh).

G. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Suku Aneuk Jamee menggunakan alat-alat peperangan diperoleh dari tempeun (tempat menempa alat-alat perkakas yang berasal dari besi) alat-alat peperangan masyarakat adat Aneuk Jamee.


SUKU LAMPUNG
UNSUR BUDAYA :
a. BAHASA
Bahasa orang Lampung disebut behasou Lampung atau umung Lampung atau cewo Lampung. Bahasa ini dibagi menjadi 2 logat yakni :
1. Logat Lampung Belalau, terbagi lagi menjadi :
a. logat Jelma Doya,
b. Pemanggilan Peminggir,
c. Melinting Peminggir
d. Pubian.
2. Logat Lampung Abung, terbagi lagi menjadi :
a. Sub dialek Abung
b. Sub dialek Tulang bawang.
Orang Lampung juga memiliki aksara sendiri yang disebut surat Lampung.

B. PENGETAHUAN
Pada masa lalu orang Lampung telah mengenal pola perkampungan yang menyebar disepanjang aliran sungai. Orang Lampung juga telah memiliki aksara sendiri. Selain itu, mereka juga sudah mengenal bangunan semacam lumbung disebut “walai” atau “balai” untuk menyimpan bahan makanan pokok.

C. TEKNOLOGI
Pada masa lalu, orang Lampung telah memiliki keris yang disebut emas wai besi yang dipakai khusus oleh golongan bangsawan pada masyarakat Lampung Pepadun.

D. RELIGI
Orang Lampung merupakan pemeluk agama Islam. Tetapi walaupun dikenal sebagai pemeluk agama Islam, di kalangan masyakarat Lampung masih berkembang sisa-sisa kepercayaan lama yang mereka sebut kepercayaan pada Zaman Tumi. Mereka juga mempercayai makhluk-makhluk halus dan benda-benda kuno dengan kekuatan saktinya. Sehubungan dengan kepercayaan ini, mereka mengenal berbagai upacara adat dengan berbagai sesajian sebagai pelengkapnya.

E. KESENIAN
Orang Lampung dikenal sebagai penghasil kain tenun tradisional (tapis) dengan motif hiasan yang indah. Pada masa lalu, kain tapis ini hanya digunakan pada upacara perkawinan atau upacara adat lainnya. Bentuk kesenian lainnya yaitu jenis tari-tarian yang dikembangkan untuk kebutuhan upacara-upacara adat, misalnya tari sambai, tari kipas, dan sebagainya. Mereka juga memiliki alat-alat musik miasalnya, gendang, kulintang, talo, dan serdam (suling bambu).

F. MATA PENCAHARIAN
Orang Lampung pada umumnya hidup dari bercocok tanam. Dahulu, mereka mengerjakan ladang (umbulan) dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Hasil pertanian yang terkenal antara lain kopi, lada, karet, dan cengkeh. Selain bercocok tanam, sejak dulu orang Lampung sudah mengenal usaha peternakan binatang yang diternakkan meliputi kerbau, sapi, kambing, dan unggas.

G. ORGANISASI SOSIAL
a.Perkawinan Bentuk perkawinan masyarakat Lampung dibedakan atas 2 bentuk, yaitu
1. Perkawinan biasa. Dalam perkawinan biasa seorang istri dan anak-anaknya menjadi anggota kelompok suaminya. Sebagai gantinya, suami diwajibkan memberikan mas kawin dan uang jujur (uang jojoh).
2. Perkawinan semanda. Dalam perkawinan ini, pihak keluarga laki-laki tidak membawa uang jujur, tetapi sang suami dan anak-anaknya menjadi anggota keluarga sang istri.
Selain itu, dalam perkawinan pada masyarakat Lampung, ada larangan kawin antara orang-orang yang tidak sederajat.

b.Kekerabatan
Prinsip penarikan garis keturunan orang Lampung bersifat patrilineal. Pada masyarakat Saibatin pengelompokan dalam satu kampung membentuk sebuah klen kecil yang disebut sebatin yang terbentuk atas dasar keturunan atau perkawinan. Secara umum anak laki-laki tertua dari keturunan yang lebih tua mempunyai kedudukan istimewa, yaitu sebagai ahli waris keluarganya.

c.Sistem kemasyarakatan
Pada masyarakat Lampung Saibatin, pemimpin Saibatin disebut penyimbang sebatin. Sedangkan pada masyarakat Lampung Pepadun, dipimpin oleh penyimbang tiyuh. Beberapa tiyuh tergabung menjadi satu kesatuan lebih besar disebut buay atau kebuayan. Pada masyarakat Lampung Pepadun berlaku hukum adat yang didasarkan pada Piagam Adat Lampung Siwo Migo. Pelanggaran terhadap ketentuan adat dikenai sanksi berupa denda atau keharusan melaksanakan upacara adat.